I’ll never forget May 3, 1990, the

I’ll never forget May 3, 1990, the day Tien-Tien come into our lives. Ahong, the wife of my youngest brother Ajiang, gave birth after a very difficult labour of five hours. We already had a name for the baby before she was born. She would be called Tien-Tien which meant ‘sweetness’.
As we waited at the hospital, our joy quickly turned to grief when the attending physician announced that he could detect no signs of life in Tien-Tien. There was no breathing, no heartbeat, so he finally declared the baby dead.
Ajiang decided to lay the body next to the Taizi River. To outsiders, this might be strange; to us, a Chinese family with almost no money or resources, the prospect of encouraging the baby’s spirit slip away to abetter world in a beautiful setting made a great deal of sense. We planned to return later to bury Tien-Tien’s remains and pay honor to her.
Ajiang wrapped his child in a red floral quilt and set off the river. He gently laid his baby in patch of grass along the bank of the river.
A week later, while I was walking home from work, I overheard several women talking about one of her friends. They said their friend heard a baby crying and the sounds come from a patch of grass along the river bank. They further explained that the baby had been placed in a local orphanage.
Something inside me said it must have been Tien-Tien. Without waiting any longer, I ran to the orphanage. In the room I saw Tien-Tien in a crib covered in dirt but very much alive.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Aku tidak akan pernah lupa 3 Mei 1990, hari Tien-Tien datang ke dalam hidup kita. Ahong, istri adik bungsu saya Ajiang, melahirkan setelah tenaga kerja sangat sulit dari lima jam. Kami sudah punya nama untuk bayi sebelum ia dilahirkan. Dia akan disebut Tien-Tien yang berarti 'manis'.
Seperti yang kita menunggu di rumah sakit, sukacita kita cepat beralih ke kesedihan ketika dokter yang hadir mengumumkan bahwa ia bisa mendeteksi tanda-tanda kehidupan di Tien-Tien. Tidak ada pernapasan, detak jantung tidak ada, jadi dia akhirnya menyatakan bayi meninggal.
Ajiang memutuskan untuk meletakkan tubuh di samping Sungai Taizi. Untuk orang luar, mungkin ini aneh; kepada kami, keluarga Cina dengan hampir tidak ada uang atau sumber daya, prospek mendorong bayi semangat menyelinap pergi ke dunia abetter dalam lingkungan indah membuat banyak akal. Kami merencanakan untuk kembali lagi nanti untuk mengubur sisa-sisa Tien-Tien dan membayar kehormatan baginya.
Ajiang dibungkus anaknya dalam selimut bunga merah dan berangkat sungai. Dia lembut meletakkan bayinya di sepetak rumput di sepanjang tepi sungai.
Seminggu kemudian, ketika aku sedang berjalan pulang dari kerja, aku mendengar beberapa wanita berbicara tentang salah satu temannya. Mereka mengatakan teman mereka mendengar bayi menangis dan suara berasal dari sepetak rumput sepanjang tepi sungai. Mereka lebih lanjut menjelaskan bahwa bayi telah ditempatkan di panti asuhan lokal.
Sesuatu dalam diriku mengatakan pasti Tien-Tien. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku berlari ke panti asuhan. Di ruang aku melihat Tien-Tien dalam boks tertutup dalam kotoran tapi sangat hidup.