the realm of human happiness, which

the realm of human happiness, which involved the pursuit of pleasure as well as the absence of suffering, should be extended from the public to the private, from the political to personal. expanded the sphere of non-interference by insisting that so long as we do no harm, one to another (known as harm principle), we should be allowed to do more or less as we will. we have the right to secure our own individual happiness unimpeded by people in positions of authority, or by the laws of the land, or even by "prevailing opinion", known otherwise as the "tyranny of the majority

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

bidang kebahagiaan manusia, yang melibatkan mengejar kesenangan dan tidak adanya penderitaan, harus diperluas dari publik ke swasta, dari politik ke personal. memperluas bidang non-interferensi oleh bersikeras bahwa selama kita lakukan tidak membahayakan, satu ke yang lain (dikenal sebagai membahayakan prinsip), kita harus diizinkan untuk melakukan lebih atau kurang sesuai keinginan kita. Kami memiliki hak untuk mengamankan kebahagiaan kita sendiri individu tanpa hambatan oleh orang-orang dalam posisi yang berwenang, atau oleh hukum tanah, atau bahkan dengan "opini berlaku", dikenal dinyatakan sebagai "tirani mayoritas

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

ranah kebahagiaan manusia, yang melibatkan mengejar kesenangan serta tidak adanya penderitaan, harus diperluas dari publik ke swasta, dari politik untuk pribadi. memperluas lingkup non-interferensi dengan menekankan bahwa selama kita tidak membahayakan, satu sama lain (dikenal sebagai prinsip kerugian), kita harus diizinkan untuk melakukan lebih atau kurang seperti yang kita akan. kami memiliki hak untuk mengamankan kebahagiaan pribadi kita sendiri yang terlepas dari orang dalam posisi otoritas, atau oleh hukum negara, atau bahkan dengan "pendapat yang berlaku", dikenal dinyatakan sebagai "tirani mayoritas