In a recent article, Harvey advocat

In a recent article, Harvey advocates that “inpatriates” (HCNs) need the same predeparture training programs as those designed for expatriate assignments. This is perhaps an obvious point. After all, cultural adjustment is inherent in international staff transfers, regardless of the direction of the transfer-that is, whether it is the PCN moving to a subsidiary, a HCN coming into parent operations, or transferring to another subsidiary. Harvey's suggested model for "inpatriate" predeparture training appears to mirror those proposed for U.S. expatriate cultural-awareness training. In order to design and implement HCN predeparture training, local management, particularly those in the HR department, need to be conscious of the demands of an international assignment-just as we have discussed in terms of corporate/headquarters HR staff. There perhaps also needs to be recognition and encouragement of this from headquarters, and monitoring to ensure that sufficient subsidiary resources are allocated for such training.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Dalam sebuah artikel baru, Harvey pendukung bahwa "inpatriates" (HCNs) perlu program pelatihan predeparture yang sama seperti yang dirancang untuk tugas-tugas ekspatriat. Ini mungkin adalah hal yang jelas. Setelah semua, penyesuaian budaya melekat pada staf internasional transfer, kemanapun arah transfer-itu adalah, apakah itu adalah PCN pindah ke anak perusahaan, HCN datang ke dalam operasi orangtua, atau mentransfer ke anak perusahaan lainnya. Harvey's model disarankan untuk "inpatriate" predeparture pelatihan tampaknya cermin yang diusulkan untuk US ekspatriat budaya kesadaran pelatihan. Dalam rangka untuk merancang dan menerapkan HCN predeparture pelatihan, manajemen lokal, khususnya di departemen HR, harus sadar akan tuntutan internasional hanya tugas sebagaimana telah kita bahas dalam hal perusahaan/markas HR staf. Mungkin juga perlu ada pengakuan dan dorongan ini dari kantor pusat, dan pemantauan untuk memastikan bahwa cukup sumber daya subsidiari dialokasikan untuk pelatihan tersebut.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Dalam sebuah artikel baru-baru, Harvey menganjurkan bahwa "inpatriates" (HCNs) membutuhkan program pelatihan yang sama predeparture seperti yang dirancang untuk tugas ekspatriat. Ini mungkin titik yang jelas. Setelah semua, penyesuaian budaya yang melekat dalam transfer staf internasional, terlepas dari arah transfer-yaitu, apakah itu adalah PCN pindah ke anak perusahaan, yang HCN datang ke operasi induk, atau mentransfer ke anak perusahaan lain tersebut. Model yang disarankan Harvey untuk pelatihan "inpatriate" predeparture tampaknya cermin yang diusulkan untuk AS ekspatriat pelatihan budaya kesadaran. Dalam rangka untuk merancang dan melaksanakan HCN pelatihan predeparture, manajemen lokal, terutama di departemen HR, harus sadar akan tuntutan tugas-sama internasional seperti yang telah kita bahas dari segi staf SDM perusahaan / kantor. Ada mungkin juga perlu pengakuan dan dorongan ini dari kantor pusat, dan pemantauan untuk memastikan bahwa anak yang cukup sumber daya yang dialokasikan untuk pelatihan tersebut.