To Malaysians who are already recoi

To Malaysians who are already recoiling at the stifling prohibitions imposed by Shariah law in Kelantan when it comes to concealing their “aurat”, the news that women in Aceh are prohibited from wearing tight pants can only cause more alarm, lest the Kelantan state government latch on to the idea and impose it here as well.

Having come into effect as law on January 1, 2010, women in some parts of West Aceh were humiliated further when Shariah police cut their tight jeans and pants and forced them to wear loose-fitting attire in their bid to enforce the law.

According to the Jakarta Post, the West Aceh regency administration even stockpiled some 7,000 long skirts to be given away to women caught wearing the offensively tight pants.

The law also prohibits clothes vendors from selling jeans and slacks to women.

West Aceh Regent Ramli M S, the man behind the controversial regulation, even instructed government agency personnel to refrain from serving women who came to their offices in “un-Islamic” attire.

According to BBC news, Ramli said, “We’re not stopping women from wearing trousers. What’s prohibited are tight trousers and jeans.

“If they have to wear trousers, the trousers must cover their ankles and be worn under loose, long skirts.”

semprot celana-facebookOn a local Malaysian website , pictures of young women being spray-painted by ordinary folk armed with spray cans also showed the lengths to which enforcement authorities would go to ensure the law was upheld.

The law also apparently extends to other forms of women’s wear like tank tops and tight dresses.

“As an Acehnese who understands the culture and values of Aceh, I very much agree with the tight clothing ban. Such regulation is necessary to filter western influences and preserve Acehnese values, which are rooted in Islam,” chairman of the Aceh Graduate Students Association Sayuti Abubakar told Khabar South East Asia.

Meanwhile a report in the Jakarta Post in 2013 related how the administration of Lhokseumawe in Aceh were prohibiting women from straddling a motorcycle because the practice was “improper” and seen as un-Islamic.

Brushing aside the obvious reasons of safety, Lhokseumawe Mayor Suaidi Yahya said that women should sit sideways on motorcycles, with their legs dangling off to one side.

Saying this practice would “uphold the dignity of women”, he added anyone caught violating the regulation would face punishment.

Needless to say many women’s groups and social activists are up in arms over these extreme rulings and have protested in earnest but as it stands, the rulings stay.
- See more at: http://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2014/12/05/womens-tight-pants-sprayed-with-paint-cut-in-aceh/#sthash.qPXL4Rcv.dpuf

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Untuk Malaysia yang sudah recoiling pada larangan menyesakkan dikenakan oleh hukum Syariah di Kelantan ketika datang untuk menyembunyikan "aurat" mereka, berita bahwa perempuan di Aceh dilarang memakai celana ketat hanya dapat menyebabkan lebih banyak alarm, jangan kait pemerintah negara bagian Kelantan pada ide dan memaksakan itu di sini juga. Setelah mulai berlaku sebagai hukum pada tanggal 1 Januari 2010, wanita di beberapa bagian Aceh Barat dipermalukan lanjut ketika polisi Syariah memotong celana jeans ketat dan celana dan memaksa mereka untuk memakai longgar pakaian dalam upaya mereka untuk menegakkan hukum. Menurut Jakarta Post, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat bahkan ditimbun sekitar 7.000 rok panjang untuk diberikan kepada perempuan tertangkap mengenakan celana ketat ofensif. Undang-undang juga melarang pedagang pakaian dari menjual celana jins dan celana panjang untuk wanita. Bupati Aceh Barat Ramli MS, orang di belakang peraturan kontroversial, bahkan menginstruksikan personel instansi pemerintah untuk menahan diri dari melayani perempuan yang datang ke kantor mereka di "Islami" pakaian. Menurut berita BBC, Ramli mengatakan, "Kami ' kembali tidak berhenti wanita mengenakan celana panjang. Apa yang dilarang adalah celana ketat dan celana jeans. "Jika mereka harus memakai celana, celana harus menutupi pergelangan kaki dan dikenakan di bawah longgar, rok panjang." semprot celana-facebookOn website Malaysia lokal, gambar wanita muda yang semprot-dilukis oleh orang biasa dipersenjatai dengan kaleng semprot juga menunjukkan sejauh mana pihak penegak akan pergi untuk memastikan hukum itu ditegakkan. Undang-undang juga tampaknya meluas ke bentuk lain dari pakaian wanita seperti tank top dan gaun ketat. "Sebagai Aceh yang memahami budaya dan nilai Aceh, saya sangat setuju dengan larangan pakaian ketat. Peraturan tersebut diperlukan untuk menyaring pengaruh barat dan melestarikan nilai-nilai Aceh, yang berakar dalam Islam, "ketua Himpunan Mahasiswa Aceh Graduate Sayuti Abubakar kepada Khabar Asia Tenggara. Sementara laporan di Jakarta Post pada tahun 2013 terkait bagaimana administrasi Lhokseumawe di Aceh melarang perempuan dari mengangkangi sepeda motor karena praktek itu "tidak benar" dan dipandang sebagai tidak Islami. Menyikat samping alasan yang jelas keamanan, Lhokseumawe Suaidi Yahya Walikota mengatakan bahwa perempuan harus duduk ke samping di sepeda motor, dengan kaki menggantung pergi ke satu sisi. Mengatakan praktik ini akan "menegakkan martabat perempuan", tambahnya siapapun yang tertangkap melanggar peraturan akan menghadapi hukuman. Tak perlu dikatakan banyak kelompok perempuan dan aktivis sosial di lengan atas ini aturan ekstrim dan memprotes dengan sungguh-sungguh tetapi sebagai berdiri, putusan tetap. - Lihat lebih lanjut di: