We develop our cultural schemata in

We develop our cultural schemata in the context of our basic experiences. for some obvious defferences (for example, “Bukan mbak – yang itu!”), we can readily modify the details of a cultural schema. For many other subtle differences, however, we often don't recognize that there may be a misinterpretation based on different schemata.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kami mengembangkan skema budaya dalam konteks dasar pengalaman kami. untuk beberapa jelas defferences (misalnya, "Bukan mbak – yang itu!"), kami dapat mudah mengubah rincian skema budaya. Untuk banyak perbedaan halus lainnya, namun, kita sering tidak mengakui bahwa mungkin ada salah tafsir berdasarkan skema yang berbeda.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kami mengembangkan skema budaya kita dalam konteks pengalaman dasar kita. untuk beberapa defferences jelas (misalnya, "Bukan mbak -! Yang ITU"), kita dapat dengan mudah memodifikasi rincian skema budaya. Bagi banyak perbedaan halus lainnya, bagaimanapun, kita sering tidak menyadari bahwa mungkin ada salah tafsir berdasarkan skema yang berbeda.