This tradition claims Moses as its

This tradition claims Moses as its key character, thus establishing the Mosaic authority of the interpretive tradition. The tradition itself asserts that this material is post-Sinai, that is, interpretation of Sinai done at another time and place. The terms “Deuteronomy” derives from the Greek term deuteros (second or copy) and nomos (law) in Deuteronomy 17:18. That is, Deuteronomy is not the primal covenantal document, but it is a belated replication of that tradition.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Tradisi ini mengklaim Moses sebagai karakter kunci, justru membentuk otoritas Mosaic tradisi interpretatif. Tradisi itu sendiri menegaskan bahwa bahan ini adalah posting-Sinai, yaitu penafsiran Sinai yang dilakukan di tempat dan waktu lain. Istilah "Ulangan" berasal dari bahasa Yunani istilah deuteros (kedua atau salinan) dan nomos (hukum) dalam Ulangan 17:18. Yaitu Ulangan tidak dokumen perjanjian mendasar, tetapi itu adalah replikasi terlambat tradisi itu.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Tradisi ini mengklaim Musa sebagai karakter utamanya, sehingga membentuk otoritas Mosaic dari tradisi penafsiran. Tradisi itu sendiri menegaskan bahwa bahan ini pasca-Sinai, yang, interpretasi Sinai dilakukan di lain waktu dan tempat. Istilah "Ulangan" berasal dari istilah Yunani deuteros (kedua atau copy) dan nomos (hukum) dalam Ulangan 17:18. Artinya, Ulangan bukanlah dokumen perjanjian primal, tetapi merupakan replikasi terlambat dari tradisi itu.