After being questioned, she replied

After being questioned, she replied:
– “It’s a fruit that has some kind of spikes and I think it’s called a pine.”
In the example, her intentions were to draw a chestnut in its thorny shell; however,
she was unable to express it in her own words; the categories for “fruits” and
for “trees” were not separated as a cultural accepted classification. Because the categorization
of the world and, consequently, activity depend on how people organize
different categories, this exercise illustrated that her world view and activity
were still undeveloped. Her drawing was poor, which was congruent with Anna’s
elementary perception of the world and vital activity at this stage of therapy.
From her 3rd session until her 7th session, she chose to play with the Worldplay
box. The purpose of this box is to build worlds with wooden blocks and toys belonging
to different categories (elements of nature, including animals; elements of
everyday cultural life, including human figures) to establish relations between the
characters and its possessions.
Because the Worldplay box has these cultural categories, the child needs a certain
brain structure to build the relations with those objects to construct a “habitable”
world, according to social rules. Therefore, through this activity, Anna was
able to develop mental categories within a therapeutic relationship, acting and reacting
to the unfolding narratives created by dialogues.
Before she was able to attain those achievements, Anna was unable to perceive
cultural relations between those objects; she could perceive only vital relations (e.g.,
animals eating other animals). In our perspective, she needed first to be a part of a
therapeutic relationship where social rules, language and cultural artifacts (grosso
modo) could be shown to her.
During the first sessions with Worldplay, Anna did not actually play. During
this initial phase, she did not know how to play; she simply deployed the toys,
displaying neither relations nor social rules between them. In fact, there were no
architectural rules on deploying the world. It simply was not a world by itself.
Based on these initial observations, the first therapeutic task for the therapist
was to name the toys as replicas of the human world and to initiate action and reaction
from Anna with simple questions, such as: “Oh! That’s a house… Who lives
in this house?” This question involves a cultural relation because houses are built
for humans to live in. These questions were composed with the explicit purpose of
enabling Anna to look into her own world and, by acting, to change her perception
and activity.
By repeating this task, Anna slowly progressed into building a world conjointly
with the therapist, even though she was still not playing. At the end of her 6th session
during the first series, she displayed imagination and social rules. Anna started
building worlds with wooden blocks and other toys as well as establishing relations
between characters and their possessions.
However, despite progress, dialogue during play was lacking. Few words were
shared between the characters and, perhaps more importantly, she did not fully
include the therapist in playing (e.g., Anna held all of the toys in her hands and did
not assign any play role to the therapist).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Setelah diinterogasi, dia menjawab:
- "Ini adalah buah yang memiliki beberapa jenis paku dan saya pikir itu disebut pinus."
Dalam contoh ini, niatnya adalah untuk menarik chestnut di shell berduri; Namun,
ia tidak dapat mengungkapkan hal itu dalam kata-katanya sendiri; kategori untuk "buah" dan
untuk "pohon" tidak dipisahkan sebagai klasifikasi diterima budaya. Karena kategorisasi
dunia dan, akibatnya, aktivitas tergantung pada bagaimana orang mengatur
kategori yang berbeda, latihan ini digambarkan bahwa dia lihat dan aktivitas dunia
masih belum berkembang. Gambarnya miskin, yang kongruen dengan Anna
persepsi dasar dari dunia dan aktivitas penting pada tahap ini terapi.
Dari sesi 3 nya sampai sesi 7, dia memilih untuk bermain dengan Worldplay
kotak. Tujuan dari kotak ini adalah untuk membangun dunia dengan balok kayu dan mainan milik
untuk kategori yang berbeda (unsur-unsur alam, termasuk hewan; unsur
kehidupan budaya sehari-hari, termasuk sosok manusia) untuk membangun hubungan antara
. Karakter dan harta yang
Karena kotak Worldplay memiliki kategori-kategori budaya, anak membutuhkan tertentu
struktur otak untuk membangun hubungan dengan objek-objek untuk membangun "dihuni"
dunia, menurut aturan sosial. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini, Anna adalah
mampu mengembangkan kategori mental dalam hubungan terapeutik, bertindak dan bereaksi
dengan narasi berlangsung diciptakan oleh dialog.
Sebelum dia mampu mencapai prestasi tersebut, Anna tidak mampu memahami
hubungan budaya antara benda-benda; dia bisa merasakan hanya hubungan penting (misalnya,
hewan makan hewan lainnya). Dalam perspektif kami, ia membutuhkan pertama yang menjadi bagian dari
hubungan terapeutik di mana aturan-aturan sosial, bahasa dan artefak budaya (grosso
modo) dapat ditampilkan padanya.
Selama sesi pertama dengan Worldplay, Anna tidak benar-benar bermain. Selama
fase awal ini, dia tidak tahu cara bermain; dia hanya dikerahkan mainan,
menampilkan hubungan-hubungan atau aturan-aturan sosial di antara mereka. Bahkan, tidak ada
aturan arsitektur di penggelaran dunia. . Ini hanya bukan dunia dengan sendirinya
Berdasarkan pengamatan awal, tugas terapi pertama untuk terapis
adalah untuk nama mainan sebagai replika dari dunia manusia dan untuk memulai aksi dan reaksi
dari Anna dengan pertanyaan sederhana, seperti: "Oh ! Itu sebuah rumah ... Siapa yang tinggal
di rumah ini? "Pertanyaan ini melibatkan hubungan budaya karena rumah yang dibangun
bagi manusia untuk hidup di. Pertanyaan-pertanyaan ini disusun dengan tujuan eksplisit
memungkinkan Anna untuk melihat ke dalam dunianya sendiri dan, dengan bertindak, untuk mengubah persepsi nya
dan aktivitas.
dengan mengulangi tugas ini, Anna perlahan-lahan berkembang dalam membangun dunia secara bersama
dengan terapis, meskipun dia masih tidak bermain. Pada akhir sesi 6 nya
selama seri pertama, dia ditampilkan imajinasi dan aturan-aturan sosial. Anna mulai
membangun dunia dengan balok kayu dan mainan lainnya serta membangun hubungan
antara karakter dan harta benda mereka.
Namun, meskipun kemajuan, dialog selama bermain kurang. Beberapa kata yang
dibagi antara karakter dan, mungkin lebih penting, dia tidak sepenuhnya
termasuk terapis dalam bermain (misalnya, Anna diadakan semua mainan di tangannya dan tidak
tidak mengalihkan role play untuk terapis).