“I don’t know if I should take the

“I don’t know if I should take the job.” Meg made a face. “Not that I’ve gotten the job yet. I guess the first interview was just a screening interview.”

“A job’s a job, right?” I yawned from the couch, my mind elsewhere.

“I’m just not sure if everything is as it seems, you know?

“What do you mean?” I frowned and looked up at her.

“I don’t really know if it’s a regular bar. The girl who interviewed me said it was a private club.”

“A private club?”

“Yeah, I don’t know more,” Meg sighed. “I guess I’ll find out next week.” She sat next to me. “So what about you? Where’ve you been?”

“Just had to go out for a bit.” I leaned back into the couch. “Brandon was here last night.”

“I kinda heard.” Meg laughed.

“Oh.” I blushed. “Sorry.”

“Are you guys back together again?”

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

"Saya tidak tahu apakah aku harus mengambil pekerjaan itu." Meg membuat wajah. "Tidak bahwa aku mendapat pekerjaan belum. Saya kira wawancara pertama adalah hanya sebuah wawancara skrining.""Pekerjaan dari pekerjaan, kanan?" Saya menguap dari sofa, pikiran saya di tempat lain."Aku hanya tidak yakin jika semuanya seperti kelihatannya, Anda tahu?"Apa maksudmu?" Aku mengerutkan kening dan memandangnya."Saya benar-benar tidak tahu apakah sebuah bar reguler. Gadis yang mewawancarai saya mengatakan sebuah klub pribadi.""Sebuah klub pribadi?""Ya, saya tidak tahu lebih banyak," mendesah Meg. "Saya kira saya akan menemukan minggu depan." Dia duduk di sebelah saya. "Jadi apa tentang Anda? Mana Anda sudah?""Hanya harus pergi keluar untuk sedikit." Aku membungkuk kembali ke sofa. "Brandon adalah di sini semalam.""Aku agak mendengar." Meg tertawa."Oh." Aku tersipu. "Maaf.""Engkaukah orang kembali bersama-sama lagi?"