Despite several attempts to determi

Despite several attempts to determine the taxonomic affinities of IWP Rhizophora species using molecular markers, however at field conditions, species identification primarily depend on distinctive visual traits. Though molecular markers are said to be highly stable, there are claims of fluctuating amplification results and lack of reproducibility of banding patterns which are attributed to wide geographical coverage of sampling, different polymerase chain reaction (PCR) conditions and different band-scoring criteria (Triest, 2008). Similarly, for a given population or distinct breeding group, phenotypic diversity and taxonomic relationship using morphological keys can only be assessed by eliminating the potential effect of environmental heterogeneity. Hence, morphological characterization data could only be validated on sites where these species are present in overlapping population adapted to prevailing climatic and environmental condition for a considerable time period.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Meskipun beberapa upaya untuk menentukan afinitas taksonomi spesies IWP bakau menggunakan penanda molekuler, namun pada kondisi lapangan, identifikasi spesies terutama tergantung pada sifat-sifat visual yang khas. Meskipun penanda molekuler dikatakan sangat stabil, ada klaim hasil amplifikasi berfluktuasi dan kurangnya reproduktibilitas banding pola yang dikaitkan ke cakupan geografis luas sampling, kondisi reaksi berantai (PCR) polimerase yang berbeda dan mencetak band kriteria yang berbeda (Triest, 2008). Demikian pula, untuk populasi tertentu atau kelompok berbeda berkembang biak, keragaman fenotipik dan taksonomi hubungan menggunakan tombol morfologi dapat hanya dinilai dengan menghilangkan efek potensial heterogenitas lingkungan. Oleh karena itu, data morfologi karakterisasi hanya akan divalidasi di situs mana spesies ini hadir dalam tumpang tindih populasi yang disesuaikan dengan kondisi iklim dan lingkungan yang berlaku untuk jangka waktu yang cukup lama.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Meskipun beberapa upaya untuk menentukan afinitas taksonomi spesies IWP Rhizophora menggunakan penanda molekuler, namun pada kondisi lapangan, identifikasi spesies terutama tergantung pada sifat visual yang khas. Meskipun penanda molekuler dikatakan sangat stabil, ada klaim dari fluktuasi hasil amplifikasi dan kurangnya kemampuan untuk memproduksi pola pita yang dikaitkan dengan cakupan geografis yang luas dari sampling, berbeda polymerase chain reaction (PCR) kondisi dan kriteria Band-penilaian yang berbeda (Triest 2008). Demikian pula, untuk populasi tertentu atau kelompok peternakan yang berbeda, keragaman fenotipik dan hubungan taksonomi menggunakan kunci morfologi hanya dapat dinilai dengan menghilangkan efek potensial dari heterogenitas lingkungan. Oleh karena itu, data yang karakterisasi morfologi hanya bisa divalidasi di situs mana spesies ini hadir dalam tumpang tindih populasi disesuaikan dengan yang berlaku kondisi iklim dan lingkungan untuk jangka waktu yang cukup.