Social identity and self-categorisa

Social identity and self-categorisation
We already saw above that the social identity theory of influence in groups, referent infor-mational influence theory (e.g., Abrams 8c Hogg, 1990a; Hogg & Turner, 1987a; Turner 8c Oakes, 1989), views prototypical ingroup members as the most reliable source of informa-tion about what is normative for the group - the attitudes and behaviours that define and characterise the group. Through the process of self-categorisation group members perceive themselves and behave in line with the norm.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Identitas sosial dan diri kategorisasi Kita sudah melihat di atas bahwa teori identitas sosial pengaruh dalam kelompok, rujukan infor-mational pengaruh teori (misalnya, Abrams 8c Hogg, 1990a; Hogg & Turner, 1987a; Turner 8 c Oakes, 1989), pemandangan prototipikal ingroup anggota sebagai paling dapat diandalkan sumber informa-tion tentang apa yang normatif untuk kelompok - sikap dan perilaku yang mendefinisikan dan mencirikan kelompok. Melalui proses anggota grup diri kategorisasi menganggap diri mereka dan berperilaku sesuai dengan norma.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Identitas sosial dan self-kategorisasi
Kami sudah melihat di atas bahwa teori identitas sosial pengaruh dalam kelompok, rujukan infor-mational teori pengaruh (misalnya, Abrams 8c Hogg, 1990a; Hogg & Turner, 1987a; Turner 8c Oakes, 1989), pandangan prototipikal anggota ingroup sebagai sumber yang paling dapat diandalkan dari informa-tion tentang apa yang normatif untuk kelompok - sikap dan perilaku yang menentukan dan ciri kelompok. Melalui proses anggota kelompok self-kategorisasi menganggap diri mereka dan berperilaku sesuai dengan norma.