Terminology, or more generally, phi

Terminology, or more generally, philosophical language. Philosophical expres- sions are sometimes taken from ordinary language (as, for example, arche) but their ordinary meanings are later adapted to a new range of applications.
1 The First Task of the Philosophy of Nature 3

The so-called technical language of philosophy is the initial condition of precision in inquiry, and the evolution of philosophical doctrines consists to a great extent in the evolution of concepts. A doctrine or a philosophical system cannot arise, if it does not have available the proper concepts. The evolution of con- cepts leads to new questions. Without the right language, the questions remain invisible.
2. Method, or “a systematically applied means.” Without method, there is acci- dental discovery, but there is no authentic research. Method counts no less than results because a good method contains in itself the promise of further results. Sometimes the new method can itself be a result. It is an important result because it usually opens up new areas of research. The result obtained by the Ionian philosophers of nature was the establishment of two research methods: (a) analysis—decomposition (usually only in thought) into simpler components, in order finally to reach the elementary components (the search for arche); (b) induction—transition from individual observations to general conclu- sions (plants and animals need water for life and therefore water is the arche of nature). It is not necessary to emphasize that this is only the first use of induction and is still obscured by hasty generalization.

And what did the first Greek thinkers give to the philosophy of nature in return? First, the awareness that nature demands intellectual explanation. It cannot be taken as undiscussed data, but one must search for reasons explaining the structure
of nature and even of (more generally) nature itself.
Second, the conviction that nature can be explained by reducing it to elementary principles. These principles do not have to be physical parts of a whole, like, for example, water or atoms; they can be metaphysical or logical elements, like for example apeiron or number.
Third, at the foundation of all those achievements lies hidden the tacit assumption that natural reality (and later all of reality in general) can be explained; that there are certain fundamental reasons thanks to which nature (reality) exists. Inquiry into such reasons is the raison d’être of philosophy (the so-called problem of the ratio- nality of nature). That tacit assumption would become fully clear to philosophers only in the Middle Ages, when one of the most discussed topics would be the so- called intelligibilitas entis, or the fundamental intelligibility of being. The modern counterpart of that problem is the evermore discussed question of why nature can be described mathematically? Sometimes that question is called the problem of the mathematicality of nature.
European philosophy of nature began its history from the well-formulated prob- lem of elementarity: what is the arche of the world? That problem created in researchers into nature an instinct for understanding through reduction to elemen- tary principles. That very method of understanding continues to function in modern science. Is there ever any other way to understand something? Even holistic under- standing relies on placement into wholes of once distinct parts. Besides, the category of wholeness can also be treated as an elementary principle. In that broad kind of understanding, the problem of elementarity becomes a case of the problem of the rationality of nature

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Terminologi, atau lebih umumnya, filsafat bahasa. Kandungan expres filosofis yang kadang-kadang diambil dari bahasa biasa (sebagai, misalnya, arche) tetapi makna biasa mereka kemudian disesuaikan dengan berbagai baru aplikasi. 1 tugas pertama filsafat alam 3Bahasa teknis disebut filsafat adalah kondisi awal presisi dalam penyelidikan, dan evolusi doktrin-doktrin filosofis terdiri untuk sebagian besar dalam evolusi dari konsep. Doktrin atau sistem filsafat tidak muncul, jika tidak memiliki tersedia konsep-konsep yang tepat. Evolusi con-cepts mengarah pada pertanyaan-pertanyaan baru. Tanpa bahasa yang tepat, pertanyaan yang tetap tak terlihat.2. metode, atau "berarti secara sistematis diterapkan." Tanpa metode, ada penemuan kecelakaan-gigi, tapi ada tidak ada penelitian yang otentik. Metode menghitung tidak kurang dari hasil karena metode yang baik yang mengandung dalam dirinya sendiri janji hasil yang lebih lanjut. Kadang-kadang metode baru itu sendiri dapat hasil. Hal ini merupakan hasil penting karena itu biasanya membuka bidang penelitian yang baru. Hasil yang diperoleh oleh para filsuf Ionian alam adalah pembentukan dua metode penelitian: (a) analisis — dekomposisi (biasanya hanya di pikiran) menjadi sederhana komponen, agar akhirnya mencapai komponen dasar (pencarian untuk arche); (b) induksi — transisi dari individu pengamatan umum kandungan conclu (tumbuhan dan hewan membutuhkan air untuk kehidupan dan oleh karena itu air adalah arche alam). Hal ini tidak diperlukan untuk menekankan bahwa ini adalah hanya penggunaan pertama induksi dan masih dikaburkan oleh generalisasi tergesa-gesa.Dan apa para pemikir Yunani yang pertama memberikan untuk filsafat alam dalam kembali? Pertama, kesadaran bahwa alam menuntut penjelasan intelektual. Ini tidak dapat diambil sebagai undiscussed data, tapi satu harus mencari alasan menjelaskan strukturalam dan bahkan (lebih umum) alam itu sendiri.Kedua, keyakinan bahwa sifat dapat dijelaskan dengan mengurangi prinsip-prinsip dasar. Prinsip-prinsip ini tidak harus menjadi bagian fisik secara keseluruhan, seperti, misalnya, air atau atom; mereka bisa menjadi elemen metafizikal atau logis, seperti misalnya apeiron atau nomor.Ketiga, di dasar dari semua prestasi kebohongan tersembunyi asumsi diam-diam bahwa realitas alam (dan kemudian semua realitas secara umum) dapat dijelaskan; bahwa ada alasan-alasan mendasar tertentu berkat yang ada alam (kenyataan). Penyelidikan alasan seperti itu adalah raison d' d'etre filsafat (yang disebut masalah rasio-nality alam). Asumsi bahwa diam-diam akan menjadi sepenuhnya jelas bagi filsuf hanya di pertengahan, ketika salah satu topik yang paling dibahas akan begitu - disebut intelligibilitas entis, atau dimengerti mendasar menjadi. Mitra modern masalah itu adalah pertanyaan lamanya dibahas tentang mengapa alam dapat diuraikan secara matematis? Kadang-kadang pertanyaan itu disebut masalah mathematicality alam.Eropa filsafat alam mulai sejarah dari prob-lem dirumuskan baik dari elementarity: apa adalah permulaan dunia? Masalah itu menciptakan peneliti ke alam naluri untuk pemahaman melalui pengurangan untuk elemen - prinsip-prinsip militer. Metode yang sangat pengertian terus berfungsi dalam ilmu pengetahuan modern. Apakah ada pernah ada cara lain untuk memahami sesuatu? Bahkan holistik di bawah berdiri bergantung pada penempatan ke keutuhan bagian sekali berbeda. Selain itu, kategori keutuhan juga akan diperlakukan sebagai prinsip dasar. Dalam jenis pemahaman yang luas, masalah elementarity menjadi kasus masalah rasionalitas alam