Emotional intelligence is a new con

Emotional intelligence is a new concept symbolized by the abbreviation EQ (Emotional Intelligence Quotient). It includes skills such as being able to control the impulse,
to curb the impatience, to properly regulate mood and to prevent the frustration, to stifle the ability to think, to have empathy and hope (Petrides KV, Furnham A 2000).
EQ may be equally and sometimes more powerful than IQ (IQ). They are not two conflicting but rather two distinct capabilities. Many people connect spirit with
emotional insight. Academic intelligence doesn’t have relation with emotions and feelings. The most intelligent persons among us could be drown into an ocean of undisciplined impulses and unbridled passions. (Goleman D 1999)

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kecerdasan emosional adalah sebuah konsep baru yang dilambangkan oleh singkatan EQ (Emotional Intelligence Quotient). Ini termasuk keterampilan seperti mampu mengendalikan dorongan,untuk mengekang ketidaksabaran, untuk benar mengatur suasana hati dan mencegah frustrasi, untuk membungkam kemampuan untuk berpikir, untuk memiliki empati dan berharap (Petrides KV, Furnham A 2000).EQ mungkin sama dan kadang-kadang lebih kuat daripada IQ (IQ). Mereka yang tidak bertentangan dua tapi agak dua kemampuan yang berbeda. Banyak orang menghubungkan Roh denganemosional wawasan. Intelijen akademik tidak memiliki hubungan dengan emosi dan perasaan. Orang-orang yang paling cerdas antara kita bisa tenggelam ke dalam laut tidak dorongan dan gairah tak terkendali. (Goleman D 1999)

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kecerdasan emosional adalah sebuah konsep baru dilambangkan dengan singkatan EQ (Emotional Intelligence Quotient). Ini mencakup keterampilan seperti mampu mengendalikan dorongan,
untuk mengekang ketidaksabaran, untuk benar mengatur suasana hati dan mencegah frustrasi, untuk menahan kemampuan untuk berpikir, untuk memiliki empati dan harapan (Petrides KV, Furnham A 2000).
EQ mungkin sama dan kadang-kadang lebih kuat daripada IQ (IQ). Mereka tidak dua bertentangan melainkan dua kemampuan yang berbeda. Banyak orang menghubungkan roh dengan
wawasan emosional. Intelijen akademik tidak memiliki hubungan dengan emosi dan perasaan. Orang-orang paling cerdas di antara kita bisa tenggelam ke dalam laut impuls disiplin dan gairah yang tak terkendali. (Goleman D 1999)