Freud’s theory. Sigmund Freud assum

Freud’s theory. Sigmund Freud assumed that the psychological forces shaping
people’s behavior are largely unconscious, and that a person cannot fully
understand his or her own motivations. A technique called laddering can be used to
trace a person’s motivations from the stated instrumental ones to the more terminal
ones. Then the marketer can decide at what level to develop the message and
appeal.16 In line with Freud’s theory, consumers react not only to the stated
capabilities of specific brands, but also to other, less conscious cues. Successful
marketers are therefore mindful that shape, size, weight, material, color, and brand
name can all trigger certain associations and emotions.
➤

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Teori Freud. Sigmund Freud diasumsikan bahwa pasukan psikologis yang membentuk
perilaku manusia sebagian besar tidak sadar, dan bahwa seseorang tidak dapat sepenuhnya
memahami motivasi sendiri. Teknik yang disebut laddering dapat digunakan untuk
melacak seseorang motivasi dari instrumental menyatakan orang-orang untuk semakin terminal
orang. Kemudian pemasar dapat memutuskan pada tingkat apa untuk mengembangkan pesan dan
Appeal.16 sesuai dengan teori Freud, konsumen bereaksi tidak hanya untuk menyatakan
kemampuan merek tertentu, tetapi juga lain, kurang sadar isyarat. Sukses
marketer karena itu sadar bahwa bentuk, ukuran, berat, bahan, warna, dan merek
nama dapat semua memicu tertentu Asosiasi dan emosi.
➤