Limitations on re export of discoun

Limitations on re export of discounted products. There is a legitimate patent holder interest in seeing products specially discounted for one market not leak into other markets. However, governments should recognize the potential difficulties in preventing their re export. Overly burdensome requirements for governments to track, monitor, oversee and report on pharmaceutical distribution and consumption may strain government resources, and add significantly to the cost of providing essential medicines. At the same time, governments should be cognizant of the other tools available to deter cross-border re sale. For example, most rich country markets maintain legal restrictions on unauthorized re-importation of pharmaceuticals from developing countries, as well as well-resourced and effective enforcement systems to ensure these restrictions are respected. Where these are inadequate, pharmaceutical companies are well positioned to urge those countries to improve enforcement. Pharmaceutical patent holders also retain significant ability to restrain re export, including by changing the presentation of products (so pills are a different colour) or through labelling (labelling in Chinese characters would deter export to non-Chinese-speaking markets).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Batasan kembali ekspor produk diskon. Ada sah pemegang paten tertarik melihat produk diskon khusus untuk satu pasar tidak bocor ke pasar-pasar lain. Namun, pemerintah harus mengenali potensi kesulitan dalam mencegah kembali mereka ekspor. Terlalu membebani persyaratan bagi pemerintah untuk melacak, memantau, mengawasi dan melaporkan distribusi farmasi dan konsumsi mungkin saring sumber daya pemerintah, dan secara signifikan menambah biaya menyediakan obat-obatan. Pada saat yang sama, pemerintah harus sadar alat lain yang tersedia untuk mencegah lintas-perbatasan dijual kembali. Sebagai contoh, paling kaya pasar negara mempertahankan pembatasan hukum atas pemasukan kembali tidak sah obat-obatan dari negara-negara berkembang, serta sumber daya yang baik dan efektif penegakan sistem untuk memastikan pembatasan yang dihormati. Mana ini tidak memadai, perusahaan farmasi baik diposisikan untuk mendesak negara-negara tersebut untuk meningkatkan penegakan. Farmasi pemegang paten juga mempertahankan kemampuan yang signifikan untuk menahan kembali ekspor, termasuk dengan mengubah presentasi Produk (jadi pil adalah warna yang berbeda) atau melalui label (label dalam aksara Cina akan menghalangi ekspor ke pasar berbahasa Cina).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Pembatasan kembali ekspor produk diskon. Ada kepentingan pemegang paten yang sah dalam melihat produk diskon khusus untuk satu pasar tidak bocor ke pasar lain. Namun, pemerintah harus mengakui potensi kesulitan dalam mencegah ekspor ulang mereka. Terlalu persyaratan memberatkan bagi pemerintah untuk melacak, memonitor, mengawasi dan melaporkan distribusi farmasi dan konsumsi mungkin ketegangan sumber daya pemerintah, dan menambahkan signifikan terhadap biaya penyediaan obat esensial. Pada saat yang sama, pemerintah harus menyadari alat-alat lain yang tersedia untuk mencegah lintas batas kembali dijual. Sebagai contoh, sebagian besar pasar negara kaya mempertahankan pembatasan hukum pada sah kembali impor obat-obatan dari negara-negara berkembang, serta sumber daya yang baik dan sistem penegakan hukum yang efektif untuk memastikan pembatasan ini dihormati. Dimana ini tidak memadai, perusahaan farmasi adalah posisi yang baik untuk mendesak negara-negara untuk meningkatkan penegakan hukum. Pemegang paten farmasi juga mempertahankan kemampuan yang signifikan untuk menahan ekspor kembali, termasuk dengan mengubah presentasi produk (sehingga pil warna yang berbeda) atau melalui pelabelan (labeling dalam huruf Cina akan menghalangi ekspor ke pasar berbahasa non-Cina).