The patients received standard an-t

The patients received standard an-
tituberculous treatment in the form of
isoniazid, rifampicin, pyrazinamide and
ethambutol for 2 months followed by
isoniazid and rifampicin for a further 4
to 7 months. The regimen and duration of
treatment for TBEO was the same as for
pulmonary tuberculosis. Treatment may
need to be adjusted based on individual
clinical response. Recurrence is uncom-
mon in the case of complete antibiotic
treatment following epididymo-orchi-
dectomy. Subsequent antimycobacterial
treatment is based on the results of drug
sensitivity tests.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Pasien menerima standar -pengobatan tituberculous dalam bentuk isoniazid, rifampicin, pyrazinamide dan etambutol selama 2 bulan, diikuti oleh isoniazid dan rifampicin untuk 4 lebih lanjut 7 bulan. Rejimen dan durasi pengobatan untuk TBEO adalah sama seperti untuk TBC paru-paru. Pengobatan mungkin perlu disesuaikan berdasarkan individu respon klinis. Pengulangan adalah uncom-Mon dalam kasus lengkap antibiotik pengobatan yang mengikuti epididymo-orchi -dectomy. Antimycobacterial berikutnya pengobatan berdasarkan hasil obat sensitivitas tes.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Para pasien menerima an- standar
pengobatan tituberculous dalam bentuk
isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol selama 2 bulan diikuti dengan
isoniazid dan rifampicin untuk lebih 4
sampai 7 bulan. Regimen dan durasi
pengobatan untuk TBEO adalah sama dengan
tuberkulosis paru. Pengobatan mungkin
perlu disesuaikan berdasarkan individu
respon klinis. Kekambuhan uncom-
mon dalam kasus antibiotik lengkap
pengobatan berikut epididymo-orchi-
dectomy. Antimycobacterial berikutnya
pengobatan berdasarkan hasil obat
tes sensitivitas.