Direct consultionDecision makers ma

Direct consultion
Decision makers may solicit individuals’ preferences regarding resource allocations through
surveys. From a theoretical standpoint, this kind of direct consultation is likely to provide a more
accurate reflection of citizens’ preferences where the number of beneficiaries of public goods is
16
small, since the cost-share borne by the citizen will be relatively large and failure to reveal demand
is likely to reduce supply. In contrast, where the number of beneficiaries is large – as is the case for
many public goods – the individuals cost share is minimal and failure to reveal will have little
impact on supply; consequently the individual will try to free ride so as to benefit from the good
without contributing to its cost (Cullis and Jones, 1998: 66). From a practical point of view, direct
consultations can, at best, provide a partial view of individuals’ preferences for a limited range of
alternatives. This suggests that direct consultation is unlikely to be an effective means of revealing
citizens’ true preferences regarding broad expenditure allocations. More importantly, direct
consultation does not provide a mechanism for aggregating individuals’ preferences across the
range of spending options.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Langsung consultionPengambil keputusan mungkin meminta preferensi individu tentang alokasi sumber daya melaluisurvei. Dari sudut pandang teoritis, seperti konsultasi langsung ini cenderung memberikan lebihakurat cerminan dari warga negara preferensi mana jumlah penerima manfaat dari barang publik adalah16kecil, karena biaya-berbagi ditanggung oleh warga negara akan relatif besar dan kegagalan untuk mengungkapkan permintaanmungkin untuk mengurangi pasokan. Sebaliknya, dimana jumlah penerima manfaat besar-seperti halnya untukbanyak barang publik-berbagi individu biaya minimal dan kegagalan untuk mengungkapkan akan memiliki sedikitdampak pada pasokan; Akibatnya individu akan mencoba untuk naik gratis untuk mendapatkan keuntungan dari kebaikantanpa berkontribusi terhadap biaya (Cullis dan Jones, 1998:66). Dari sudut pandang praktis, langsungkonsultasi dapat, di terbaik, menyediakan sebuah partial view individu preferensi untuk berbagai terbatasalternatif. Hal ini menunjukkan bahwa konsultasi langsung tidak mungkin menjadi cara yang efektif untuk mengungkapwarga negara benar preferensi tentang alokasi belanja yang luas. Lebih penting lagi, langsungkonsultasi tidak menyediakan sebuah mekanisme untuk menggabungkan preferensi individu di seluruhberbagai pilihan belanja.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Consultion langsung
pembuat kebijakan mungkin meminta preferensi individu mengenai alokasi sumber daya melalui
survei. Dari sudut pandang teoritis, jenis konsultasi langsung cenderung memberikan lebih
refleksi akurat dari preferensi warga negara di mana jumlah penerima manfaat dari barang publik adalah
16
kecil, karena biaya-share ditanggung oleh warga akan relatif besar dan kegagalan untuk mengungkapkan permintaan
kemungkinan akan mengurangi pasokan. Sebaliknya, di mana jumlah penerima manfaat besar - seperti halnya untuk
banyak barang-barang publik - individu biaya saham minimal dan kegagalan untuk mengungkapkan akan memiliki sedikit
dampak pada pasokan; akibatnya individu akan mencoba untuk tumpangan gratis untuk memperoleh keuntungan dari baik
tanpa kontribusi untuk biaya (Cullis dan Jones, 1998: 66). Dari sudut pandang praktis, langsung
konsultasi bisa, di terbaik, memberikan pandangan parsial preferensi individu untuk berbagai terbatas
alternatif. Hal ini menunjukkan bahwa konsultasi langsung tidak mungkin menjadi cara yang efektif untuk mengungkapkan
preferensi benar warga mengenai alokasi belanja yang luas. Lebih penting lagi, langsung
konsultasi tidak menyediakan mekanisme untuk menggabungkan preferensi individu di seluruh
berbagai pilihan belanja.