Half an hour later I was thankful f

Half an hour later I was thankful for the clock to indicate it was my lunch break. After my admiring customer left holding back tears, there was a sudden stream of traffic in the teller’s booth, and I had to deal with an old woman who accused the bank of stealing from her. It shouldn’t be that difficult to convince somebody that a multi-million dollar corporation would gain nothing from robbing an old lady of fifty bucks.

I was relieved to find that the pantry in the back end of the bank was empty. Normally I enjoy some commotion but today I was just really tired, mentally and physically. And hungry. I hadn’t realized how hungry I was. I sat down on the first table looking away from the door and removed the box of leftover sushi from my bag. Before I could open it, however, I heard a very familiar voice.

“So when’s our wedding?”

Shit. I could hear the thudding sound of my chest as though it were adjacent to my ears. It must have been a whole minute before I gathered the courage to slowly turn around, ignoring the chills in my fingers.

“You heard that?” I laughed. Thank you Acting 101 Gen-Ed requirements. “Spying on your tellers now? The NSA would be so proud.”

Zayden’s lips crooked very slightly. Was that a smile? Was he amused? Angry? Oh God, I really couldn’t tell.

“We keep a microphone at the tellers’ booth in every branch for surveillance, in case there is any suspicious activity from a customer. Handling money is serious business.”

I actually knew that. How could I have been so stupid?

“Which is why I made up that little story about us, so that guys like that don’t continue to distract me from my very serious job of handling your money.”

I was quite surprised by the confidence in my own voice.

He laughed. Phew. It was an adorable laugh and I wouldn’t mind kissing him while he did it. No wonder the other tellers couldn’t keep their hands off of him with his dashing looks. Men this powerful are hard to turn down.

He was fumbling with a button on his coat and I tried hard not to wish that my nipples were his buttons. I should have been embarrassed; he had heard me claim I was engaged to him, and imply he was connected to the mob. If embarrassment was the socially acceptable reaction to such a situation, then why the hell was I so aroused? He was coming closer and I momentarily forgot how to breathe.

“Let me make you a proposition,” he said as he sat down across from me. “We will never have to speak about of your encounter with that bespectacled guy if you let me take you out to lunch tomorrow.”

“I have to work,” I said automatically.

Was I even breathing? I couldn’t be sure.

“I’ll pay you to take the whole day off. And maybe after lunch we can spend the whole day in my apartment being, you know, ‘married’ for the day.”

He winked. I felt my pulse rising. Right now I couldn’t think of a single reason to turn his offer down, but I had to get ahold of myself. This was what Zayden did, and I was smarter than the women who fell for it.

“Sure, we can meet each other’s parents and raise some children after,” I laughed. It wasn’t a convincing laughter. I got up before things could get out of hand. “I’ll eat this later. Have a nice day Mr. Sinclair,” I said and walked away without looking back.

This must have been what a tornado felt like.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Setengah jam kemudian aku bersyukur untuk jam untuk menunjukkan itu istirahat makan siang saya. Setelah pelanggan saya mengagumi meninggalkan menahan air mata, ada aliran tiba-tiba lalu lintas di stan teller, dan aku harus berurusan dengan seorang wanita tua yang menuduh bank mencuri darinya. Seharusnya tidak sulit untuk meyakinkan seseorang yang multi-juta dolar perusahaan akan mendapatkan apa-apa dari merampok seorang wanita tua dari lima puluh dolar. Saya merasa lega untuk menemukan bahwa pantry di bagian belakang bank itu kosong. Biasanya saya menikmati beberapa keributan tapi hari ini saya hanya benar-benar lelah, mental dan fisik. Dan lapar. Aku tidak menyadari bagaimana lapar saya. Aku duduk di meja pertama melihat dari pintu dan mengambil kotak dari sisa sushi dari tas saya. Sebelum aku bisa membukanya, namun, saya mendengar suara yang sangat familiar. "Jadi kapan pernikahan kami?" Sial. Aku bisa mendengar suara berdebar dada saya seolah-olah berdekatan dengan telinga saya. Pasti satu menit seluruh sebelum saya mengumpulkan keberanian untuk perlahan-lahan berbalik, mengabaikan menggigil di jari-jari saya. "Kau dengar itu?" Aku tertawa. Terima kasih Bertindak 101 persyaratan Gen-Ed. "Mengintip teller Anda sekarang? NSA akan sangat bangga. " Bibir Zayden ini bengkok sangat sedikit. Apakah itu tersenyum? Apakah dia geli? Marah? Oh Tuhan, aku benar-benar tidak bisa mengatakan. "Kami terus mikrofon di stan teller 'di setiap cabang untuk pengawasan, jika ada kegiatan yang mencurigakan dari pelanggan. Penanganan uang adalah bisnis yang serius. " Aku benar-benar tahu itu. Bagaimana aku bisa begitu bodoh? "Itulah sebabnya saya membuat cerita sedikit tentang kami, sehingga orang-orang seperti itu tidak terus mengalihkan perhatian saya dari pekerjaan yang sangat serius saya menangani uang Anda." Saya cukup terkejut oleh percaya diri dalam suara saya sendiri. Dia tertawa. Fiuh. Itu tertawa manis dan saya tidak akan keberatan menciumnya saat ia melakukannya. Tidak heran teller lainnya tidak bisa menjaga tangan mereka dari dia dengan gagah penampilannya. Pria kuat ini sulit untuk ditolak. Dia meraba-raba dengan tombol di mantelnya dan saya berusaha keras untuk tidak berharap bahwa puting saya yang kancing bajunya. Aku seharusnya malu; ia mendengar aku mendapatkan saya bertunangan dengan dia, dan menyiratkan ia terhubung ke massa. Jika malu adalah reaksi diterima secara sosial untuk situasi seperti ini, maka mengapa sih yang aku begitu terangsang? Dia mendekat dan aku sejenak lupa bagaimana bernapas. "Mari saya membuat Anda proposisi," katanya sambil duduk di depanku. "Kami tidak akan pernah berbicara tentang perjumpaan dengan pria berkacamata jika Anda membiarkan aku membawa Anda keluar untuk makan siang besok." "Aku harus bekerja," kataku otomatis. Apakah aku bahkan bernapas? Saya tidak yakin. "Saya akan membayar Anda untuk mengambil seluruh hari off. Dan mungkin setelah makan siang kita bisa menghabiskan sepanjang hari di apartemen saya makhluk, kau tahu, 'menikah' untuk hari. " Dia mengedipkan mata. Aku merasa pulsa saya meningkat. Saat ini aku tidak bisa memikirkan satu alasan pun untuk mengubah tawarannya ke bawah, tapi aku harus mendapatkan Kuasai sendiri. Ini adalah apa yang Zayden lakukan, dan aku lebih pintar dari para wanita yang jatuh untuk itu. "Tentu, kita bisa bertemu orang tua masing-masing dan meningkatkan beberapa anak setelah," aku tertawa. Itu bukan tawa meyakinkan. Aku bangun sebelum hal bisa keluar dari tangan. "Aku akan makan ini nanti. Memiliki hari yang bagus Mr. Sinclair, "kataku dan berjalan pergi tanpa melihat ke belakang. Ini pasti apa tornado merasa seperti.