I lay in bed almost a week later, t

I lay in bed almost a week later, the bag of Xanax in my hands. Constance hadn’t said another word about the drugs and Nicolas hadn’t mentioned it. Not that I’d seen much of Nicolas. He was working a full day, from dawn until late into the night, sometimes only coming back to the house for a shower and a shave before he went right back to work. I wasn’t sure how he did it, but then I was afraid I did.
What if everything Nicolas had told me was a lie? Was it possible he was a drug addict? Was it possible he lied about Aurora’s addiction, covering for his own actions? It didn’t make sense, to be honest. It never really had. The Aurora I met was so different from the woman Nicolas talked about.
There was one meeting, not long after our first, when Aurora seemed a little off. We met at her country club where she was waiting for a tennis partner to show up. I remember she called me in a hurry that morning, asked me if it would be okay if we met during my lunch hour.
“I have a meeting tonight and then I’m flying to Paris in the morning for a photoshoot for this movie we start filming in a few months. You don’t mind, do you?”
“No,” I said, thinking how glamorous her life seemed. I always wanted to travel, and she mentioned Paris like it was just a nuisance she couldn’t get out from under.
“I can’t imagine what you think of me,” she’d said, almost as though she could read my thoughts. “Here I am planning to have a child and I can’t even clear a moment in my schedule to talk to you about the doctor who’s going to do all the medical stuff for this.”
“It’s fine,” I remembered saying.
“Fine,” Aurora sighed. “That’s a word I don’t hear often. It’s blasphemy in this house. Can you believe that?”
I didn’t know what to say to that. Blasphemy to say ‘fine’? It just didn’t make sense. But Aurora was often saying things that didn’t make sense. There was another time, just a week or so before the implantation appointment when I asked if Nicolas would be at our next meeting—I think it was the day I was to sign the last of the paperwork—and she told me he was with his friend Bill. And then she laughed almost hysterically.
“Isn’t that the stupidest thing you’ve ever heard?”
I had no idea what she was talking about, so I just agreed with her that it was ridiculous and she changed the subject.
Aurora was a beautiful woman who was used to getting everything she wanted when she wanted it. She knew how to flirt, how to be charming, how to be everything a man needed her to be. But she never really learned how to act around women. It was that, the latter, that I assumed was the reason for some of her odd behavior.
Was I wrong?
I leaned over and shoved the bag of Xanax into the nightstand drawer, still not sure what I was doing with it. I needed to get rid of it, but I wasn’t sure how. They were always running those little things on television telling people not to put unused medication down the toilet because it was getting into the water supply. But I didn’t know how else to get rid of it. I could give it to Adam, but I was afraid he would recognize the significance of it as much as I did. Some part of me that still whole heartedly believed that Nicolas was innocent didn’t want to run the risk that Adam, one of Nicolas’ oldest allies, might turn on him given the opportunity. I wasn’t really sure Adam would, but even the smallest doubts sometimes grew into huge, unignorable truths. Nicolas needed all the support he could get right now.
But I couldn’t just keep it. What if the police came to search the house again?
The last time, it was such a mess afterward that Constance was still complaining about it. Drawers dug through, plants turned out of their pots, books taken from their shelves and left piled on the floor. Nicolas’ laptop was still in the police evidence locker, waiting to see what might happen with the district attorney. If they came again, Constance might force the whole group of them to commit hari-kari. But they might also find the Xanax and that would definitely not be good.
I closed my eyes, my hands restlessly moving over my belly. One of the babies immediately kicked, forcing my hand to bounce a little.
“It’s okay, baby,” I said softly. “I won’t let anything happen to your daddy.”
Almost as though he’d heard me, Nicolas tapped on the door and stuck his head inside. “You asleep?”
“No. Come in.”
He looked absolutely exhausted. There were dark circles under his eyes and a slope to his shoulders like he was carrying an incredibly heavy weight. I slid out of the center of the bed and pulled the sheet back, making room for him.
“You just get in?”
“We had to shut down production because of some issue with the cameras. I spent about an hour with the actors and then decided I’d earned an early night.”
“Of course you have. You’re the boss, you know. You get to decide when everyone goes home.”
“Yeah, well, from your lips to the producer’s ears. He wants this movie wrapped in two months.”
“Isn’t that pretty quick?”

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Aku berbaring di tempat tidur hampir seminggu kemudian, kantong Xanax di tangan saya. Constance tidak mengatakan sepatah kata pun tentang obat dan Nicolas tidak menyebutkan itu. Bukan berarti aku melihat banyak Nicolas. Dia bekerja sehari penuh, dari subuh sampai larut malam, kadang-kadang hanya datang kembali ke rumah untuk mandi dan bercukur sebelum ia pergi kembali bekerja. Saya tidak yakin bagaimana ia melakukannya, tapi kemudian aku takut aku lakukan.
Bagaimana jika semuanya Nicolas telah mengatakan kepada saya itu bohong? Apakah mungkin dia adalah seorang pecandu narkoba? Apakah mungkin ia berbohong tentang kecanduan Aurora, meliputi atas tindakannya sendiri? Ini tidak masuk akal, jujur. Itu tidak pernah benar-benar memiliki. Aurora saya bertemu begitu berbeda dari wanita Nicolas berbicara tentang.
Ada satu pertemuan, tidak lama setelah pertama kami, ketika Aurora tampak sedikit off. Kami bertemu di klub negaranya di mana dia sedang menunggu pasangan tenis muncul. Aku ingat dia menelepon saya terburu-buru pagi itu, bertanya apakah itu akan baik-baik saja jika kita bertemu saat jam makan siang saya.
"Saya memiliki sebuah pertemuan malam ini dan kemudian saya akan terbang ke Paris di pagi hari untuk pemotretan untuk kami film ini mulai syuting di beberapa bulan. Anda tidak keberatan, kan? "
" Tidak, "kataku, berpikir bagaimana glamor hidupnya tampak. Saya selalu ingin melakukan perjalanan, dan dia menyebutkan Paris seperti itu hanya gangguan dia tidak bisa keluar dari bawah.
"Saya tidak bisa membayangkan apa yang Anda pikirkan tentang aku," dia mengatakan, hampir seolah-olah dia bisa membaca saya pikiran. "Di sini saya berencana untuk memiliki anak dan saya bahkan tidak bisa menghapus sejenak di jadwal saya untuk berbicara dengan Anda tentang dokter yang akan melakukan semua hal medis untuk ini."
"Tidak apa-apa," aku ingat mengatakan.
" baik-baik saja, "Aurora mendesah. "Itu kata saya tidak mendengar sering. Ini penghujatan di rumah ini. Dapatkah anda percaya bahwa? "
Aku tidak tahu harus berkata apa untuk itu. Penghujatan untuk mengatakan 'baik'? Itu hanya tidak masuk akal. Tapi Aurora sering mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal. Ada waktu lain, hanya seminggu atau lebih sebelum pengangkatan implantasi ketika saya bertanya apakah Nicolas akan di kami berikutnya pertemuan-saya pikir itu adalah hari aku menandatangani terakhir dari dokumen-dan dia bilang dia bersama rekan teman Bill. Dan kemudian dia tertawa hampir histeris.
"Bukankah itu hal terbodoh yang pernah Anda dengar?"
Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, jadi aku hanya setuju dengan dia bahwa itu konyol dan dia mengubah topik pembicaraan.
Aurora adalah seorang wanita cantik yang digunakan untuk mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan ketika dia menginginkannya. Dia tahu bagaimana menggoda, bagaimana menjadi menarik, bagaimana menjadi segalanya seorang pria membutuhkannya untuk menjadi. Tapi dia tidak pernah benar-benar belajar bagaimana bertindak di sekitar perempuan. Itu adalah bahwa, yang terakhir, yang saya diasumsikan adalah alasan untuk beberapa perilaku aneh nya.
Apakah aku salah?
Aku membungkuk dan mendorong kantong Xanax ke dalam laci meja, masih tidak yakin apa yang saya lakukan dengan itu. Yang saya butuhkan untuk menyingkirkan itu, tapi aku tidak yakin bagaimana. Mereka selalu berjalan-hal kecil di televisi memberitahu orang-orang untuk tidak menempatkan obat yang tidak terpakai ke toilet karena semakin ke dalam pasokan air. Tapi aku tidak tahu bagaimana lagi untuk menyingkirkan itu. Aku bisa memberikannya kepada Adam, tapi aku takut dia akan mengakui pentingnya sebanyak seperti yang saya lakukan. Beberapa bagian dari diriku yang masih seluruh hati percaya bahwa Nicolas tidak bersalah tidak ingin menjalankan risiko bahwa Adam, salah satu sekutu tertua Nicolas ', mungkin mengaktifkan dia diberi kesempatan. Aku tidak benar-benar yakin Adam akan, tapi bahkan keraguan terkecil kadang-kadang tumbuh menjadi besar, kebenaran unignorable. Nicolas membutuhkan semua dukungan yang bisa sekarang.
Tapi aku tidak bisa hanya menyimpannya. Bagaimana jika polisi datang untuk mencari rumah lagi?
Terakhir kali, itu berantakan setelah itu bahwa Constance masih mengeluh tentang hal itu. Laci menggali, tanaman ternyata pot mereka, buku diambil dari rak-rak mereka dan meninggalkan menumpuk di lantai. Laptop Nicolas 'masih dalam bukti loker polisi, menunggu untuk melihat apa yang mungkin terjadi dengan jaksa. Jika mereka datang lagi, Constance mungkin memaksa seluruh kelompok dari mereka untuk melakukan hari-kari. Tapi mereka juga mungkin menemukan Xanax dan yang pasti tidak akan baik.
Aku memejamkan mata, tangan saya gelisah bergerak di atas perutku. Salah satu bayi langsung menggebrak, memaksa tangan saya untuk bangkit sedikit.
"Tidak apa-apa, bayi," kataku lembut. "Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi ayahmu."
Hampir seolah-olah dia mendengar saya, Nicolas mengetuk pintu dan melongokkan kepala ke dalam. "Anda tertidur?"
"Tidak. Masuklah. "
Dia tampak benar-benar kelelahan. Ada lingkaran hitam di bawah mata dan kemiringan ke bahunya seperti dia membawa berat sangat berat. Aku keluar dari pusat tempat tidur dan menarik selimut kembali, membuat ruang baginya.
"Anda hanya bisa masuk?"
"Kami harus menutup produksi karena beberapa masalah dengan kamera. Saya menghabiskan waktu sekitar satu jam dengan aktor dan kemudian memutuskan aku mendapatkan malam dini. "
" Tentu saja Anda miliki. Anda bos, Anda tahu. Anda harus memutuskan ketika semua orang pulang. "
" Yeah, well, dari bibir Anda ke telinga produser. Dia ingin film ini dibungkus dalam dua bulan. "
" Bukankah itu cukup cepat? "