apartment.the living room was as he

apartment.
the living room was as he remembered it from his walk-through the day
before, with Rizzoli. It had been an unpleasant visit, simmering with
undercurrents of rivalry. The Ortiz case had started off with Rizzoli as lead,
and she was insecure enough to feel threatened by anyone challenging her
authority, especially an older male cop. Though they were now on the same
team, a team that had since expanded to five detectives, Moore felt like a
trespasser on her turf, and he'd been careful to couch his suggestions in the
most diplomnatic terms. He had no wish to engage in a battle of egos, yet a
battle was what it had become. Yesterday he’d tried to focus on this crime
scene, but her resentment kept pricking his bubble of concentration.
Only now, alone, could he completely focus his attention on the
apartment where Elena Ortiz had died. In the living room he saw
mismatched furniture arranged around a wicker coffee table. A desktop
computer in the corner. A beige rug pattemned with leafr vines and pink
flowers. Since the murder, nothing had been moved, nothing altered,
according to Rizzoli. The last light of day was fading in the window, but he
did not turn on the lights. He stood for a long time, not even moving his
head, waiting for complete stillness to fall across the room. This was the fIrst
chance he'd had to visit the scene alone, the first time he’d stood in this
room undistracted by the voices, the faces, of the living. He imagined the
molecules of air, bdiefly stirred by his entry, now slowing, drifting, lie
wanted the room to speak to him.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Apartment.Ruang adalah seperti ia ingat dari berjalan-melalui nya harisebelumnya, dengan Rizzoli. Sudah kunjungan tidak menyenangkan, mendidih denganundercurrents persaingan. Kasus Ortiz telah mulai dengan Rizzoli sebagai memimpin,dan dia cukup aman untuk merasa terancam oleh siapa pun yang menantang dirinyaotoritas, terutama polisi laki-laki yang lebih tua. Meskipun mereka berada sekarang di samaTim, sebuah tim yang telah sejak diperluas untuk lima detektif, Moore merasa sepertipelanggar di turf nya, dan ia telah hati-hati untuk saran nya di sofaKebanyakan diplomnatic persyaratan. Ia tidak ingin terlibat dalam pertempuran persaingan, namunpertempuran adalah apa yang telah menjadi. Hari dia mencoba untuk fokus pada kejahatan iniadegan, tetapi kebencian nya terus penusukan nya gelembung konsentrasi.Hanya sekarang, sendirian, bisa dia benar-benar memusatkan perhatiannya padaApartemen mana Elena Ortiz telah meninggal. Di ruang tamu yang dilihatnyaserasi mebel yang disusun di sekitar meja kopi anyaman. Desktopkomputer di sudut. Krem karpet pattemned dengan leafr anggur dan pinkbunga. Sejak pembunuhan, tidak ada telah dipindahkan, tidak berubah,Menurut Rizzoli. Cahaya terakhir hari itu memudar di jendela, tapi diatidak berbalik pada lampu. Ia berdiri untuk waktu yang lama, bahkan tidak bergerak nyakepala, menunggu lengkap keheningan jatuh di seluruh kamar. Ini adalah yang pertamakesempatan yang ia punya untuk mengunjungi adegan sendirian, pertama kalinya dia telah berdiri di iniKamar undistracted oleh suara, wajah, yang hidup. Dia membayangkanmolekul air, bdiefly digerakkan oleh ia masuk, sekarang memperlambat, hanyut, berbohongingin kamar untuk berbicara dengannya.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

apartemen.
ruang tamu itu saat ia ingat dari nya berjalan-melalui hari
sebelumnya, dengan Rizzoli. Sudah kunjungan menyenangkan, mendidih dengan
tersembunyi dari persaingan. Kasus Ortiz telah dimulai dengan Rizzoli sebagai memimpin,
dan ia cukup aman untuk merasa terancam oleh siapa saja menantang dirinya
otoritas, terutama laki-laki yang lebih tua polisi yang. Meskipun mereka sekarang sama
tim, tim yang telah sejak diperluas ke lima detektif, Moore merasa seperti
pelanggar di kandang nya, dan ia berhati-hati untuk sofa saran dalam
istilah yang paling diplomnatic. Dia tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam pertempuran ego, namun
pertempuran itu apa yang telah menjadi. Kemarin ia mencoba untuk fokus pada kejahatan ini
scene, tapi kebenciannya terus menusuk gelembung nya konsentrasi.
Hanya sekarang, sendirian, bisa ia benar-benar memusatkan perhatian pada
apartemen tempat Elena Ortiz telah meninggal. Di ruang tamu ia melihat
furnitur serasi diatur di sekitar meja rotan kopi. Sebuah desktop yang
komputer di sudut. Sebuah karpet krem pattemned dengan tanaman merambat leafr dan pink
bunga. Sejak pembunuhan, tidak ada yang pindah, ada diubah,
menurut Rizzoli. Cahaya terakhir hari itu memudar di jendela, tapi dia
tidak menyalakan lampu. Dia berdiri untuk waktu yang lama, bahkan tidak bergerak nya
kepala, menunggu keheningan lengkap untuk jatuh di ruangan. Ini adalah pertama
kesempatan ia harus mengunjungi tempat kejadian saja, pertama kali ia berdiri di ini
ruang tanpa gangguan oleh suara-suara, wajah, orang hidup. Dia membayangkan
molekul udara, bdiefly diaduk oleh masuknya, sekarang melambat, melayang, kebohongan
ingin ruang untuk berbicara dengannya.