Hasil (
Bahasa Indonesia) 1:
[Salinan]Disalin!
Aktivis telah melaporkan penemuan kuburan massal korban 1965 1966 pembersihan Komunis kepada Komisi Nasional hak asasi manusia (Komnas HAM), berharap penguburan yang layak dapat disediakan untuk para korban."Kami telah mengirim surat ke Komnas HAM untuk membahas apakah sisa-sisa korban dapat dikuburkan kembali dengan cara yang layak," kata Yunantyo, Koordinator masyarakat Semarang Union untuk hak asasi manusia (PMS-HAM) pada hari Senin.Kuburan massal terletak di area perumahan di Wonosari Kecamatan, Mangkang Kabupaten, Semarang Jawa Tengah. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh aktivis, sebanyak 24 korban yang dimakamkan di dua lubang.Yunantyo mengatakan dia dan dua aktivis lainnya, Rian Adhivira dan Unu P. Herlambang telah pergi ke situs makam beberapa kali tahun ini. Mereka mewawancarai penduduk setempat, termasuk sejumlah saksi yang menutupi lubang-lubang setelah korban dilaksanakan pada tahun 1966. Dia menambahkan bahwa laporan bertujuan untuk mencari nasihat dari Komnas HAM untuk Apakah tubuh korban dapat dikuburkan kembali dalam cara yang tepat. "Reburial layak termasuk hal-hal seperti doa oleh tokoh agama. Beberapa dari mereka adalah Muslim serta orang lain dari agama lain. Mereka mungkin tidak memiliki telah berdoa untuk setelah dieksekusi, atau tubuh mereka mungkin tidak telah diperlakukan secara tepat,"katanya.Yunantyo menambahkan bahwa itu sulit untuk memastikan korban agama karena kerabat mereka tidak menyadari lokasi mereka, tetapi kelompok-nya akan melibatkan pemimpin berbagai agama untuk berdoa bagi mereka. Selain dari Semarang, kuburan massal korban pembersihan juga telah ditemukan di daerah lain, seperti Wonosobo, Magelang dan Tuntang. Reburial beberapa korban di telah mengambil tempat damai, tetapi juga ada protes oleh penduduk.Rian mengatakan kelompoknya hanya ingin reburial korban harus dijalankan secara hukum. "Ini adalah tidak dalam kerangka politik atau ideologi, melainkan murni kemanusiaan dan pengampunan bangsa penderitaan di masa lalu," katanya.Sementara itu, Koordinator Semarang sejarah aktivis masyarakat (KPS) Rukardi Achmadi memberikan dukungannya atas seruan bagi reburial layak korban tragedi."Korban mungkin tidak punya pengetahuan tentang putsch 1965 dibatalkan [yang mendahului pembersihan]. Tapi karena kemarahan politik dan Partai Komunis Indonesia [PKI] yang disalahkan untuk kudeta, mereka yang dituduh anggota PKI yang dibunuh, diculik, diperkosa atau diperlakukan sebagai budak,"kata Rukardi.Dia menambahkan bahwa situasi kemudian ini rumit, bingung dan tidak ada seorang pun dapat mengendalikannya. "Sekarang, kita harus mengampuni satu sama lain. Itu bagian dari sejarah kita, dan sejarah tidak boleh dilupakan, tapi itu harus melayani sebagai pelajaran untuk generasi sekarang dan masa depan,"katanya.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
