Before the Fall, as Luther seesit,

Before the Fall, as Luther sees
it, man's relation to God was characterized by his total dependence
on God, whose grace or unmerited love evoked in man the response of faith, that is, trust and obedience. This relationship was
and is the truly natural relationship of man as creature to God
as his Creator. In this situation, man's reason was enlightened and
his will directed by the Spirit of God, so that he knew God as his
heavenly Father and obeyed his commandments with filial devotion. He had, and could have, no desire but to obey. He necessarily did the will of God, for he had no "will of his own" independent of God's. Yet he acted voluntarily, and was in no way
coerced, for as inwardly moved by the Spirit he naturally wanted
what God wanted. And since the Spirit of God is the Spirit of love,
he also acted freely, that is, with the spontaneity of divine love.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Sebelum kejatuhan, sebagai Luther melihatitu, hubungan manusia kepada Allah ditandai dengan nya pergantunganJahweh, yang rahmat atau kasih juga membangkitkan dalam manusia respon dari iman, kepercayaan dan ketaatan. Hubungan inidan hubungan benar-benar alami manusia sebagai makhluk kepada Tuhansebagai pencipta-nya. Dalam situasi ini, manusia alasan tercerahkan dankehendak-Nya yang disutradarai oleh Roh Allah, sehingga ia mengenal Tuhan sebagaiBapa Surgawi dan mentaati perintah-Nya dengan pengabdian berbakti. Dia, dan bisa, tidak punya keinginan tetapi untuk taat. Dia selalu melakukan kehendak Allah, karena ia memiliki tidak ada independen "akan sendiri" Allah. Namun ia bertindak secara sukarela, dan sama sekali tidakdipaksa untuk pindah sebagai dalam hati oleh Roh ia secara alami inginapa yang Tuhan inginkan. Dan karena Roh Allah adalah Roh cinta,Dia juga bertindak bebas, yaitu dengan spontanitas cinta ilahi.