There was real fear in Nicolas’ voi

There was real fear in Nicolas’ voice, but I couldn’t find the words to express what I was feeling. I simply took his hand and pressed it to the spot where I’d felt the kick and waited, standing as still as I could. A minute passed. Nicolas stared at me, the expression in his eye floating between fear, annoyance, and curiosity. And then, just as I was about to give up and explain, the baby, or babies, moved again.
“Oh, my God!”
I laughed again. “You felt that?”
“Was it the baby?”
I nodded. “One of them, at least.”
He stared at me for a minute, and then he cracked a huge smile. “They’re moving.”
Just on cue, there was another little jab against the same spot. But, at the same time, there was a little flutter lower on my abdomen. I reached down there and giggled.
“This is going to be quite an experience. I can tell already.”
“They’re my babies. They’re going to be quite active.”
I nodded. Pretty much knew that already.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Ada ketakutan yang nyata dalam suara Nicolas', tapi aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk mengungkapkan apa yang saya rasakan. Aku hanya mengambil tangannya dan ditekan ke tempat di mana aku akan merasa tendangan dan menunggu, masih aku bisa berdiri. Satu menit berlalu. Nicolas menatap saya, ekspresi di mata mengambang antara ketakutan, gangguan, dan rasa ingin tahu. Dan kemudian, hanya karena saya akan menyerah dan menjelaskan, bayi, atau bayi, pindah lagi."Oh, Allahku!"Aku tertawa lagi. "Anda merasa bahwa?""Itu bayi?"Aku mengangguk. "Salah satu dari mereka, setidaknya."Ia menatap saya selama satu menit, dan kemudian ia retak senyum besar. "Mereka sedang bergerak."Hanya pada isyarat, ada lain sedikit tusukan terhadap tempat yang sama. Namun, pada saat yang sama, ada bergetar sedikit lebih rendah pada perut saya. Saya sampai ke bawah dan terkikik."Ini akan menjadi cukup pengalaman. Saya dapat memberitahu sudah.""Mereka adalah bayi saya. Mereka akan menjadi cukup aktif."Aku mengangguk. Cukup banyak sudah tahu itu.