Lutherans and Reformed people, as a

Lutherans and Reformed people, as a result, view penitence in somewhat different
ways. The difference in Luther’s and Calvin’s experiences plays some role
here. Luther lived for a long time under a heavy sense of guilt and in anguish of
conscience, feeling the curse of the law and the wrath of God on him. In the end
he found peace in the gracious forgiveness of sins by faith alone. Calvin’s conversion
involved gradual acceptance of the truth of the Reformation while holding
back from public affirmation until, finally, he overcame all doubt and hesitation
and surrendered himself unconditionally and completely to the will of God.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Lutheran dan reformasi orang, sebagai akibatnya, lihat penyesalan dalam agak berbedacara. Perbedaan dalam pengalaman Luther dan Calvin beberapa berperanSini. Luther tinggal untuk waktu yang lama di bawah berat rasa bersalah dan penderitaanhati nurani, perasaan kutuk hukum Taurat dan murka Allah kepadanya. Pada akhirnyaia menemukan kedamaian dalam anugerah pengampunan dosa melalui iman sendirian. Calvin konversiterlibat secara bertahap penerimaan kebenaran reformasi sambil memegangkembali dari umum afirmasi sampai, akhirnya, ia mengalahkan semua keraguan dan ragu-ragudan menyerah dirinya sendiri tanpa syarat dan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Lutheran dan orang Reformed, sebagai akibatnya, melihat penyesalan di agak berbeda
cara. Perbedaan pengalaman Luther dan Calvin memainkan beberapa peran
di sini. Luther tinggal untuk waktu yang lama di bawah rasa bersalah yang berat dan dalam penderitaan
hati nurani, merasakan kutukan hukum dan murka Allah pada dirinya. Pada akhirnya
ia menemukan kedamaian dalam pengampunan anggun dosa dengan iman. Konversi Calvin
terlibat penerimaan bertahap kebenaran Reformasi sambil memegang
kembali dari penegasan publik sampai akhirnya, ia berhasil mengatasi semua keraguan dan ragu-ragu
dan menyerahkan diri tanpa syarat dan sepenuhnya kepada kehendak Allah.