Musim hujan adalah musuh dari setiap gubernur Jakarta. Pada awal 1970-an, kemudian Gubernur Ali Sadikin selalu mendesak bupati, bupati, kepala kesatuan masyarakat dan kepala unit lingkungan di Jakarta serta semua warga untuk membersihkan sistem drainase mereka.
Talang dan saluran drainase harus bebas dari sampah plastik, hal-hal yang jahat yang menyumbat sistem drainase, untuk menghindari banjir besar.
Dia bahkan berbicara dengan warga di TV beberapa bulan sebelum musim hujan mulai. Dia secara pribadi pergi ke daerah yang paling terpencil di Greater Jakarta untuk membantu selokan jelas dan sistem drainase dan dia memeriksa apakah para pejabat yang melakukan pekerjaan mereka.
Warga Jakarta terus-menerus perlu pendidikan dan peringatan berkaitan dengan sampah plastik. Sejak Jakarta terus tumbuh dengan banyak orang tiba untuk mencari pekerjaan, Jakarta telah tumbuh di luar proporsi.
Fauzi Bowo berhasil membangun dua kanal banjir dan hendak membangun ketiga untuk meringankan banjir besar.
Tetapi bahkan ia harus mengakui bahwa itu adalah raja -ukuran pekerjaan untuk membebaskan Jakarta dari banjir. Dia membangun jalan layang ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam waktu singkat untuk setidaknya membantu wisatawan waktu penerbangan mereka.
Canals dan sungai harus bersih dari sampah dan dikeruk sebelum musim hujan dimulai dengan sungguh-sungguh.
Gubernur yang baru terpilih harus menggunakan media untuk terus mendidik warganya. Sampah menumpuk tinggi di sekitar setiap pasar di Jakarta; sampah plastik dimana-mana dekat restoran dan pusat perbelanjaan.
tumpukan sampah adalah duri dalam mata. Pengumpul sampah bekerja jari mereka ke tulang. Kanal drainase digunakan sebagai tempat pembuangan sampah oleh warga Jakarta bodoh. Sungai yang penuh sampah plastik dengan mayat sesekali mengambang di tengah semua sampah ini.
Jika warga Jakarta terus menjadi bodoh, mereka tidak harus menyalahkan pemerintah kota untuk kota mereka banjir dan underpass banjir.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
