Hasil (
Bahasa Indonesia) 1:
[Salinan]Disalin!
Malam November gelap dan dingin dan itu sudah melewati satu pagi ketika akhirnya cahaya berkedip-kedip menjadi terlihat sepanjang jalan di bawah kami. Dipimpin oleh dukun kepala kelompok laki-laki dan anak-anak dari desa Ngadisari perlahan-lahan membuat jalan di jalan yang curam dan sempit untuk Cemoro Lawang. Di tepi kawah besar rim orang berhenti untuk upacara singkat dan kemudian menyeberang sandsea ke gunung berapi Gunung Bromo. Malam ini adalah puncak dari sebuah upacara yang mulai hampir seminggu yang lalu dengan pemurnian desa Ngadisari. Menurut legenda, asal-usul upacara Kasada kembali ribuan tahun pemerintahan Raja Brawijaya selama Majapahit era. Saat ini, Islam menyapu Jawa dan beberapa orang yang membuat rumah mereka di perbukitan curam tapi subur daerah Bromo Tengger. Di sini terus mempraktekkan agama Hindu mereka. Di antara orang-orang yang menetap di pegunungan Tengger adalah pasangan kerajaan, Anteng putri dan suaminya Joko Seger. Ini adalah dari syllabels terakhir nama-nama mereka bahwa wilayah Tengger mendapat namanya. Meskipun orang-orang yang makmur, kebahagiaan mereka di lengkap karena mereka belum diberkati dengan anak. Putus asa, mereka mendaki ke puncak Gunung Bromo yang suci dan tidak mereka berdoa kepada Allah meminta childrend. Tuhan sepakat dengan syarat bahwa mereka mengorbankan anak terakhir mereka ke kawah Bromo. Roro Anteng now born her husbad many healthy children but the couple forgot their promise. When the God threatened them, they sadly threw their twenty-fifth child, Kasuma, into the chasm. As Kasuma disapeared, a loud voice was heard calling out from the crater, "I will appear before Sang Hyang Widi to save all of you and I instruct you to arrange an annual ceremony, bringing offering from your crops and cattle, on the 14th day of full moon in the month of Kasada. "Ever since that day the solemn Kasada ritual has been carried out.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
