Sub-paragraph 3(b) is explained fur

Sub-paragraph 3(b) is explained further in Art 6.4 SCM (change in relative shares of the market to the disadvantage of the non-subsidized like product). Sub-paragraph 3(c) is explained further in Art 6.5 SCM (comparison of prices between subsidized and non-subsidized goods at the same level of trade to quantify the size of price undercutting). The panel report on Korea - Commercial Vessels took the view that although trade damage could serve as a proxy to define serious prejudice, the latter should not be equated to the concept of serious injury, as we know it for example, in the Agreement on Safeguards.
The concept of serious prejudice has been discussed in both GATT and WTO panels. GATT panels adopted a rather mechanistic understanding of the term, equating, for example, price depression to serious prejudice: both the EC - Sugar Exports (Australia) and the Sugar Exports (Brazil) cases applied this understanding of the term. WTO panels, by the same token, use a finding of price Suppression or depression (as the case may be) as determinative for finding that serious prejudice has occurred. This has been the case in both the Indonesia - Autos report and in US- Upland Cotton where the panel stated:
the Article 6.3(c) examination is determinative ... for a finding of serious prejudice under Article 5(c). That is, an affirmative conclusion that the effects-based situation in Article 6.3(c) exists is sufficient basis for an affirmative conclusion that "serious prejudice" exists for the purposes of Article 5 (c) of the SCM Agreement.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Sub-ayat 3 (b) dijelaskan lebih lanjut dalam Art 6.4 SCM (perubahan saham relatif pasar untuk merugikan non-subsidi seperti produk). Sub-ayat 3 (c) dijelaskan lebih lanjut dalam Art 6.5 SCM (perbandingan harga antara barang bersubsidi dan non-subsidi pada tingkat yang sama perdagangan untuk mengukur ukuran undercutting harga). Laporan panel di Korea - Kapal Komersial mengambil pandangan bahwa meskipun kerusakan perdagangan bisa berfungsi sebagai proxy untuk menentukan prasangka yang serius, yang terakhir tidak boleh disamakan dengan konsep cedera serius, seperti yang kita tahu misalnya, dalam Perjanjian tentang Perlindungan .
Konsep prasangka yang serius telah dibahas di kedua GATT dan WTO panel. Panel GATT mengadopsi pemahaman yang agak mekanistik istilah, menyamakan, misalnya, harga depresi prasangka yang serius: baik EC - Ekspor Gula (Australia) dan Ekspor Gula (Brazil) kasus diterapkan pemahaman ini istilah. Panel WTO, dengan cara yang sama, menggunakan temuan Suppression harga atau depresi (sebagai kasus mungkin) sebagai penentu untuk menemukan bahwa prasangka yang serius telah terjadi. Ini telah terjadi baik di Indonesia - laporan Autos dan US-Upland Cotton mana panel menyatakan:
Pasal 6.3 (c) pemeriksaan adalah menentukan ... untuk menemukan prasangka yang serius berdasarkan Pasal 5 (c). Artinya, kesimpulan afirmatif bahwa situasi efek berbasis dalam Pasal 6.3 (c) ada adalah dasar yang cukup untuk kesimpulan afirmatif bahwa "prasangka serius" ada untuk tujuan Pasal 5 (c) dari Perjanjian SCM.