Hasil (
Bahasa Indonesia) 1:
[Salinan]Disalin!
Sementara merek telah diterapkan untuk produk konsumen sejak akhir abad kesembilan belas, gagasan bahwa tujuan harus merumuskan strategi merek hanya muncul pada 1990-an. Pendekatan strategis untuk tujuan branding adalah pertama diperkenalkan pada tingkat nasional dengan negara-negara seperti Australia, Hong Kong, dan Spanyol. Kemudian US kota-kota besar seperti Seattle, Las Vegas, dan Pittsburgh memeluk, menanggapi kebutuhan untuk bersaing lebih efektif, untuk membuat kerangka kerja pengambilan keputusan strategis dalam tujuan dan tujuan manajemen organisasi (DMOs) meningkatkan akuntabilitas kepada para pemangku kepentingan (Baker, 2007). Dalam sebuah pasar di mana sejumlah tujuan utama menarik tiga perempat dari dunia wisatawan, sebagian besar negara dalam realitas ceruk pemain dan tujuan berpikiran maju sekarang melihat branding sebagai bagian utama dari strategi mereka kompetitif (Morgan et al., 2004). Memang, tujuan pemasaran Asosiasi Internasional, di dunia official tujuan pemasaran organisasi terbesar, menunjuk pengembangan strategi merek sebagai salah satu item penting yang diperlukan untuk akreditasi di tujuan pemasaran Asosiasi Program akreditasi (Baker, 2007). Sekarang ada literatur mapan yang menunjukkan bahwa tujuan yang ingin flourish harus memberikan pengalaman yang unik, menarik, mudah diingat dan bermanfaat untuk konsumen target mereka (Dinnie, 2008). Ini memindahkan mereka ke dalam wilayah merek dan tujuan branding sekarang dianggap penting untuk tempat-tempat dengan ambisi untuk tetap di antara para pemimpin dalam pemasaran pariwisata internasional. Reflecting ini meningkatkan penyerapan antara DMOs, ada literatur akademis yang berkembang di tempat merek dari bidang (Morgan et al., 2004; Anholt, 2005; 2007; Jaffe dan Nebensahl, 2006). Meskipun tugas yang sangat kompleks (Fan, 2005; Tasci dan Kozak, 2006), sebagai kunci penting dalam tujuan pengembangan dan pemasaran, strategi merek yang dapat bekerja untuk sekering kepentingan sektor publik dan swasta, meningkatkan nilai ekonomi produk dan produk, meningkatkan kebanggaan dan confidence di tempat dan mengubah bagaimana mereka terlihat secara internal dan eksternal. Selain itu, miskin, perifer dan negara-negara berkembang tidak memiliki waktu untuk menunggu "positif" perubahan dampak menguntungkan merek atau reputasi mereka. Karena citra negatif halangan terbesar untuk pembangunan ekonomi tempat-tempat ini, strategi merek aspirasi yang dapat digunakan untuk menginformasikan penduduk serta wisatawan dan masyarakat internasional yang lebih luas tentang ambisi dan daya tarik tempat (Anholt, 2007). Walaupun literatur ini tumbuh di tempat, terutama bangsa, merek, ada, namun, sedikit konsensus mengenai peran dan sifat kota branding dan masih ada celah significant dalam literatur kota branding proses dan kurangnya kasusExpo 2015: designing culture into a city brand9Downloaded by Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Mr User Unpar At 07:49 11 February 2016 (PT)studies (Kavaratzis and Ashworth, 2006); an issue which this paper seeks to begin to address through its examination of the northern Italian city of Milan.Study methodology In order to explore Milan’s personality and its potential to broaden its cultural “appeal”, this study developed three lines of analytical inquiry. First, as a starting point for the definitionofcitybranding,itevaluatedthestrengthsandweaknessesofMilan’scurrent positioning as a destination, with respect to competitor European destinations. Second, the study compared the range of Milan’s cultural heritage attractions to those communicated totouriststhrough promotionalmaterialinordertoidentifythelimits of thecurrentofferandtodiscoverpotentialdirectionsfordevelopmentofthedestination’s offer and its brand. Third, the study examined Milan’s image and personality as perceivedbyactualandpotentialtouristsinordertodeterminecriticalareasthatrequire intervention and plans of action for redefining the image and brand of the destination. The analysis of Milan’s destination positioning consisted of an examination of benchmarks with competing European destinations. This provides a useful cognitive basis upon which to formulate a strategy of tourist development that links the significant investments planned for Expo 2015 with the re-launching and sustainable growth of the destination in the medium to long-term. In addition, this first analysis forms the basis for the formulation of branding strategies that could increase the national and international attractiveness of Milan by identifying aspects of its offer which could be developed and strengthened, thus leading to resolution of some of the critical problems that are typically associated with this city. Comparison was made with three Italian destinations (Florence, Rome and Venice), which are considered icons of international heritage tourism; and three European destinations (Barcelona, Berlin and Vienna), which have, in recent years, become outstanding examples of successful repositioning and brand cons
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..