The reason for this is that, in ord

The reason for this is that, in order for different meanings to be mapped on to one another and output in the form of single, integrated structures, there has to be an intermediate level of coding in between the meanings and the sounds. (Halliday 1975:71)
The impetus for change comes not because the protolanguage cannot be understood by people in the immediate environment, but because that proto-language is a limiting factor and the child wants a greater degree of interaction.
At the same time, at this stage Halliday sees the child developing two broad
functional categories out of the initial set of developmental functions found in
protolanguage. These are the pragmatic and the mathetic. The pragmatic derives from the instrumental, regulatory, and to some extent from the interactional systems of the protolanguage stage. The mathetic comes from the interactional again, but more from the personal and heuristic functions. The mathetic function is described as follows:

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Alasan untuk ini adalah bahwa, dalam rangka untuk arti yang berbeda akan dipetakan pada satu sama lain dan output dalam bentuk tunggal, struktur terintegrasi, harus ada tingkat menengah dari coding di antara makna dan suara. (Halliday 1975: 71)
. Dorongan untuk perubahan datang bukan karena bahasa purba yang tidak dapat dipahami oleh orang-orang di lingkungan terdekat, tetapi karena itu proto-bahasa adalah faktor pembatas dan anak ingin tingkat yang lebih besar dari interaksi
Pada saat yang sama, pada tahap ini Halliday melihat anak mengembangkan dua luas
kategori fungsional dari set awal fungsi perkembangan yang ditemukan di
bahasa purba. Ini adalah pragmatis dan mathetic. Pragmatis atau diperoleh dari instrumental, peraturan, dan sampai batas tertentu dari sistem interaksional dari tahap bahasa purba. Mathetic berasal dari interaksional lagi, tetapi lebih dari fungsi pribadi dan heuristik. Fungsi mathetic dijelaskan sebagai berikut: