I blink after her. “What just happe

I blink after her. “What just happened?”
Daniel chuckles. “She’s the one I was talking to, not your mom.” He joins me by the table and brushes a tear from my cheek. I swipe at the rest impatiently. I’m tired of panic, tired of crying, tired of trying to live in my own skin.
“Come here,” he says in my ear, all the edge gone.
He gathers me into his arms, and I tuck my face into his neck and close my eyes. We fit perfectly together, and I relax into him. “I’m sorry for what I said,” I say quietly. “You were amazing last night, and I feel so bad that I ruined it for you.”
He rubs my back. “Are you joking? You made my night. I was missing you so badly, and then there you were. I kept imagining what you’d say if you were standing there next to me.”
I wrap my arms around his waist. “Really? What did you imagine?”
His chest trembles. “That you would tell me they were marbles and nothing more.”
“Were they meant to be something else? Did they have deeper meaning?”
He lets out a huff of laughter. “No. They just made me happy.”
“Isn’t that enough?”
His arms tighten around me. “I’m starting to wonder if it is.” I raise my head and his lips brush mine. I want to make you happy, I think. I glance at the therapist’s card on the table and then back at Daniel, his blue eyes bright and focused on me. Could I reach for this? Should I give it another try? If it meant I could have him, and be good for him, and belong in his world, would it be worth the chance that I’d crash and burn?
As we stand there, together, his body against mine, his heart beating against my chest, I know the answer. Yes.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Saya berkedip setelah dia. "Apa hanya terjadi?"Daniel terkekeh. "Dia adalah yang saya sedang berbicara dengan, tidak ibumu." Ia bergabung dengan saya oleh tabel dan sikat robekan dari pipi saya. Saya menggesek di seluruh sabar. Aku bosan panik, bosan menangis, lelah berusaha hidup dalam kulit saya sendiri."Datang ke sini," katanya di telingaku, Semua tepi pergi.Ia mengumpulkan saya ke dalam tangannya, dan aku menyelipkan wajahku menghunjam lehernya dan memejamkan mata. Kita cocok bersama-sama sempurna, dan aku santai ke dalamnya. "Saya minta maaf untuk apa yang saya katakan," kataku dengan tenang. "Kau menakjubkan tadi malam, dan aku merasa begitu buruk bahwa saya hancur itu untuk Anda."Dia menggosok punggung saya. "Apakah Anda bercanda? Anda membuat malam saya. Saya hilang Anda begitu buruk, dan kemudian Anda ada. Aku terus membayangkan apa yang akan Anda katakan jika Anda sedang berdiri di sana di sebelah saya. "Aku membungkus lengan saya di sekeliling pinggangnya. "Benar-benar? Apa Apakah Anda membayangkan?"Nya dada gemetar. "Anda akan memberitahu saya itu kelereng dan tidak lebih.""Mereka dimaksudkan untuk menjadi sesuatu yang lain? Apakah mereka memiliki makna yang lebih dalam?"Ia memungkinkan keluar huff tawa. "No. Mereka hanya membuat saya bahagia.""Bukankah itu cukup?"Mengencangkan lengannya di sekitar saya. "Aku mulai bertanya-tanya apakah." Aku mengangkat kepala saya dan bibirnya sikat tambang. Saya ingin membuat Anda bahagia, kurasa. Aku melirik terapis kartu di atas meja dan kemudian kembali pada Daniel, biru nya mata terang dan terfokus pada saya. Saya bisa mencapai ini? Harus saya mencoba lagi? Jika itu berarti aku bisa memilikinya, dan menjadi baik untuknya, dan termasuk di dunia, itu akan bernilai kesempatan bahwa saya akan jatuh dan terbakar?Seperti kita berdiri di sana, bersama-sama, tubuh-Nya terhadap saya, hatinya berdegup terhadap dadaku, saya tahu jawabannya. Ya.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Aku berkedip setelah dia. "Apa yang baru saja terjadi?"
Daniel terkekeh. "Dia yang saya sedang berbicara dengan, tidak ibumu." Dia bergabung saya dengan meja dan sikat air mata dari pipiku. Aku menggesek di sisanya tidak sabar. Aku lelah panik, lelah menangis, lelah mencoba untuk hidup di kulit saya sendiri.
"Kemarilah," katanya di telingaku, semua tepi pergi.
Dia mengumpulkan saya ke dalam pelukannya, dan aku menyelipkan wajahku ke lehernya dan menutup mata. Kami pas bersama-sama, dan aku bersantai ke dia. "Aku minta maaf atas apa yang saya katakan," kataku pelan. "Kau yang menakjubkan tadi malam, dan saya merasa sangat buruk bahwa saya hancur itu untuk Anda."
Dia mengusap punggung saya. "Apa kau bercanda? Kau membuat malamku. Aku hilang Anda begitu buruk, dan kemudian ada Anda. Aku terus membayangkan apa yang akan Anda katakan jika Anda berdiri di sana di samping saya.
"Aku membungkus lenganku di pinggangnya. "Sangat? Apa yang Anda bayangkan?
"Gemetar Dadanya. "Bahwa kau akan memberitahu saya mereka kelereng dan tidak lebih."
"Apakah mereka dimaksudkan untuk menjadi sesuatu yang lain? Apakah mereka memiliki makna yang lebih dalam?
"Dia memungkinkan keluar gusar tawa. "Tidak. Mereka hanya membuat saya bahagia.
"" Bukankah itu cukup? "Lengannya mengencangkan sekitar saya.
"Saya mulai bertanya-tanya apakah itu." Aku mengangkat kepala dan nya tambang bibir sikat. Saya ingin membuat Anda bahagia, saya pikir. Aku melirik kartu terapis di atas meja dan kemudian kembali pada Daniel, mata birunya yang cerah dan terfokus pada saya. Bisakah saya meraih ini? Haruskah saya mencoba lagi? Jika itu berarti aku bisa memiliki dia, dan baik untuk dia, dan termasuk dalam dunianya, apakah itu akan bernilai kesempatan bahwa saya akan jatuh dan terbakar?
Seperti yang kita berdiri di sana, bersama-sama, tubuhnya terhadap tambang, mengalahkan hatinya terhadap dada saya, saya tahu jawabannya. Iya nih.