For the rest of her life Eleanor ca

For the rest of her life Eleanor carried with her the letters that her
father had written to her from the sanitarium. In them he had told her
to be brave, to become well educated, and to grow up into a woman
he could be proud of, a woman who helped people who were suffering.
Only ten years old when her father died, Eleanor decided even then
to live the kind of life he had described—a life that would have made
him proud of her. d
ew things in life came easily for Eleanor, but the first few years after
her father’s death proved exceptionally hard. Grandmother Hall’s
dark and gloomy townhouse had no place for children to play. The family
ate meals in silence. Every morning Eleanor and Hall were expected to
take cold baths for their health. Eleanor had to work at better posture
by walking with her arms behind her back, clamped over a walking stick.
Instead of making new friends, Eleanor often sat alone in her room
and read. For many months after her father’s death she pretended that
he was still alive. She made him the hero of stories she wrote for school.
Sometimes, alone and unhappy, she just cried.
Some of her few moments of happiness came from visiting her uncle,
Theodore Roosevelt, in Oyster Bay, Long Island. A visit with Uncle Ted meant
playing games and romping outdoors with the many Roosevelt children.
Once Uncle Ted threw her into the water to teach her how to swim,
but when she started to sink, he had to rescue her. Often he would read

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Selama sisa hidupnya Eleanor dibawa bersamanya huruf bahwaBapa telah menulis kepadanya dari Sanatorium. Di dalamnya ia telah menceritakanharus berani, untuk menjadi berpendidikan, dan tumbuh menjadi seorang wanitaDia bisa bangga, seorang wanita yang membantu orang yang menderita.Hanya sepuluh tahun ketika ayahnya wafat, Eleanor memutuskan bahkan kemudianhidup jenis kehidupan yang dia telah dijelaskan-kehidupan yang akan membuatDia bangga padanya. dEW hal dalam hidup datang dengan mudah untuk Eleanor, tetapi beberapa tahun pertama setelahkematian ayahnya terbukti sangat sulit. Nenek Halltownhouse gelap dan suram tidak lagi mempunyai tempat untuk anak-anak untuk bermain. Keluargamakan makanan dalam keheningan. Setiap pagi Eleanor dan Hall diharapkanmengambil mandi dingin untuk kesehatan mereka. Eleanor harus bekerja di postur tubuh yang lebih baikdengan berjalan dengan tangan di belakang punggungnya, menutup atas tongkat.Daripada membuat teman baru, Eleanor sering duduk sendirian di kamardan membaca. Selama bertahun-tahun setelah kematian ayahnya dia berpura-pura bahwaDia adalah masih hidup. Dia membuatnya pahlawan cerita dia menulis untuk sekolah.Kadang-kadang, sendirian dan bahagia, dia hanya menangis.Beberapa nya beberapa saat kebahagiaan berasal dari mengunjungi pamannya,Theodore Roosevelt, di Oyster Bay, Long Island. Kunjungan dengan Paman Ted dimaksudkanbermain game dan gembira-ria di luar ruangan dengan Roosevelt banyak anak-anak.Setelah Ted paman melemparkan dia ke dalam air untuk mengajarinya cara berenang,Tapi ketika dia mulai tenggelam, dia untuk menyelamatkannya. Sering ia baca

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Selama sisa hidupnya Eleanor dilakukan dengan dia surat-surat yang dia
ayah telah menulis kepadanya dari sanatorium. Pada mereka yang telah menyuruhnya
untuk berani, untuk menjadi berpendidikan, dan tumbuh menjadi seorang wanita
ia bisa dibanggakan, seorang wanita yang membantu orang-orang yang menderita.
Berusia Hanya sepuluh tahun ketika ayahnya meninggal, Eleanor memutuskan bahkan kemudian
untuk hidup jenis kehidupan dia digambarkan-kehidupan yang akan membuat
dia bangga padanya. d
hal ew dalam hidup datang dengan mudah untuk Eleanor, tapi beberapa tahun pertama setelah
kematian ayahnya terbukti sangat keras. Nenek Hall
gelap dan suram townhouse tidak punya tempat untuk anak-anak untuk bermain. Keluarga
makan makanan dalam keheningan. Setiap pagi Eleanor dan Balai diharapkan
mengambil mandi dingin untuk kesehatan mereka. Eleanor harus bekerja di postur yang lebih baik
dengan berjalan dengan tangan di belakang punggungnya, dijepit lebih tongkat.
Alih-alih membuat teman-teman baru, Eleanor sering duduk sendirian di kamarnya
dan membaca. Selama berbulan-bulan setelah kematian ayahnya ia berpura-pura bahwa
ia masih hidup. Dia membuat dia pahlawan cerita dia menulis untuk sekolah.
Kadang-kadang, sendirian dan tidak bahagia, dia hanya menangis.
Beberapa beberapa saat nya kebahagiaan datang dari mengunjungi pamannya,
Theodore Roosevelt, di Oyster Bay, Long Island. Kunjungan dengan Paman Ted berarti
bermain game dan gembira-ria di luar ruangan dengan banyak anak Roosevelt.
Setelah Paman Ted melemparkannya ke dalam air untuk mengajarinya bagaimana berenang,
tapi ketika dia mulai tenggelam, ia harus menyelamatkannya. Seringkali ia akan membaca