neo-evangelicalisme dalam perspektifneo-evangelicalisme dalam perspekt terjemahan - neo-evangelicalisme dalam perspektifneo-evangelicalisme dalam perspekt Bahasa Indonesia Bagaimana mengatakan

neo-evangelicalisme dalam perspekti

neo-evangelicalisme dalam perspektif
neo-evangelicalisme dalam perspektif
‘asal usul, perkembangan(-nya di Amerika & Inggris) dan pengaruhnya pada Kekristenan secara umum
- sebuah studi awal tentang evangelicalism’[1]
Pendahuluan
Membincangkan topik ini akan melibatkan banyak sekali unsur emosional kita. Saya akan berusaha untuk mengajukan fakta-fakta historis dan analisisnya, namun saya juga sangat menyadari bahwa unsur emosional tidak akan terhindarkan. Sebab ‘omongan tentang agama’ pastilah memiliki implikasi terhadap tatanan logis maupun emosional seseorang mengenai kebenaran yang dianutnya. Dan sebagai seorang teolog, pemerhati sejarah (Kekristenan dan pemikiran Kristen) dan seorang pendeta, saya memberanikan diri mengajak kita semua memasuki pembicaraan mengenai topik yang telah menjadi banyak perbantahan di tengah-tengah jemaat-jemaat kita (dan yang juga meramaikan hiruk-pikuk jagad maya GKI – di samping jagad maya milik gereja-gereja lainnya), sambil berusaha untuk tidak terlalu cepat bereaksi secara emosional dan bersedia menimbang baik-baik data-data historis, analisisnya serta implikasinya bagi Kekristenan kita dewasa ini.
Tulisan ini disusun sebagai sebuah studi awal, yang berarti masih dapat dikembangkan lagi menjadi studi lain yang lebih luas (lebih banyak data dan subyek) dan mendalam (lebih menukik pada soal-soal spesifik). Tulisan ini disusun, terutama bagi rekan-rekan pendeta, penatua dan para aktivis gereja yang terus-menerus harus berhadapan dengan berbagai pertarungan klaim kebenaran serta berbagai tuduhan di seputar istilah-istilah modernis, ekumenikal, liberal, injili, konservatif, fundamentalis, kharismatik, mental perang salib, sekularisasi iman, dlsb. Selain istilah dan tuduhan itu kita juga mengetahui bahwa ada juga beberapa hal yang dibicarakan dalam berbagai kesempatan dan forum resmi maupun dalam suasana informal, yang ternyata kurang dipahami betul duduk persoalannya, seperti sekolah teologi ‘A’ atau ‘B’, sekolah Alkitab ‘X’ atau ‘Y’, soal penolakan terhadap para pengkotbah non-GKI, soal ibadah GKI tidak mau mengikuti trend ibadah yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, soal hubungan gereja-gereja kita dengan yayasan-yayasan pekabaran injil, dlsb., yang semuanya itu sesungguhnya berhubungan dengan topik yang emosional ini.
Sebagai studi awal hal-hal di atas tidak bisa ditelusuri sangat mendalam dan luas, meskipun saya akan menyinggungnya sedikit-sedikit dalam keterkaitan dengan tema umum mengenai topik yang dibahas. Saya memang memiliki harapan agar supaya pada kesempatan yang lain kita dapat lebih jauh mempercakapkan lebih mendalam mengenai topik-topik yang lebih spesifik (dan ini jugalah sebetulnya yang dimaksudkan dengan diskusi-diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Komisi Pengkajian Teologi GKI SW Jabar).
0/5000
Dari: -
Ke: -
Hasil (Bahasa Indonesia) 1: [Salinan]
Disalin!
neo-evangelicalisme dalam perspektifneo-evangelicalisme dalam perspektif‘asal usul, perkembangan(-nya di Amerika & Inggris) dan pengaruhnya pada Kekristenan secara umum- sebuah studi awal tentang evangelicalism’[1]PendahuluanMembincangkan topik ini akan melibatkan banyak sekali unsur emosional kita. Saya akan berusaha untuk mengajukan fakta-fakta historis dan analisisnya, namun saya juga sangat menyadari bahwa unsur emosional tidak akan terhindarkan. Sebab ‘omongan tentang agama’ pastilah memiliki implikasi terhadap tatanan logis maupun emosional seseorang mengenai kebenaran yang dianutnya. Dan sebagai seorang teolog, pemerhati sejarah (Kekristenan dan pemikiran Kristen) dan seorang pendeta, saya memberanikan diri mengajak kita semua memasuki pembicaraan mengenai topik yang telah menjadi banyak perbantahan di tengah-tengah jemaat-jemaat kita (dan yang juga meramaikan hiruk-pikuk jagad maya GKI – di samping jagad maya milik gereja-gereja lainnya), sambil berusaha untuk tidak terlalu cepat bereaksi secara emosional dan bersedia menimbang baik-baik data-data historis, analisisnya serta implikasinya bagi Kekristenan kita dewasa ini.Tulisan ini disusun sebagai sebuah studi awal, yang berarti masih dapat dikembangkan lagi menjadi studi lain yang lebih luas (lebih banyak data dan subyek) dan mendalam (lebih menukik pada soal-soal spesifik). Tulisan ini disusun, terutama bagi rekan-rekan pendeta, penatua dan para aktivis gereja yang terus-menerus harus berhadapan dengan berbagai pertarungan klaim kebenaran serta berbagai tuduhan di seputar istilah-istilah modernis, ekumenikal, liberal, injili, konservatif, fundamentalis, kharismatik, mental perang salib, sekularisasi iman, dlsb. Selain istilah dan tuduhan itu kita juga mengetahui bahwa ada juga beberapa hal yang dibicarakan dalam berbagai kesempatan dan forum resmi maupun dalam suasana informal, yang ternyata kurang dipahami betul duduk persoalannya, seperti sekolah teologi ‘A’ atau ‘B’, sekolah Alkitab ‘X’ atau ‘Y’, soal penolakan terhadap para pengkotbah non-GKI, soal ibadah GKI tidak mau mengikuti trend ibadah yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, soal hubungan gereja-gereja kita dengan yayasan-yayasan pekabaran injil, dlsb., yang semuanya itu sesungguhnya berhubungan dengan topik yang emosional ini.Sebagai studi awal hal-hal di atas tidak bisa ditelusuri sangat mendalam dan luas, meskipun saya akan menyinggungnya sedikit-sedikit dalam keterkaitan dengan tema umum mengenai topik yang dibahas. Saya memang memiliki harapan agar supaya pada kesempatan yang lain kita dapat lebih jauh mempercakapkan lebih mendalam mengenai topik-topik yang lebih spesifik (dan ini jugalah sebetulnya yang dimaksudkan dengan diskusi-diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Komisi Pengkajian Teologi GKI SW Jabar).
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
Hasil (Bahasa Indonesia) 2:[Salinan]
Disalin!
neo-evangelicalisme dalam perspektif
neo-evangelicalisme dalam perspektif
‘asal usul, perkembangan(-nya di Amerika & Inggris) dan pengaruhnya pada Kekristenan secara umum
- sebuah studi awal tentang evangelicalism’[1]
Pendahuluan
Membincangkan topik ini akan melibatkan banyak sekali unsur emosional kita. Saya akan berusaha untuk mengajukan fakta-fakta historis dan analisisnya, namun saya juga sangat menyadari bahwa unsur emosional tidak akan terhindarkan. Sebab ‘omongan tentang agama’ pastilah memiliki implikasi terhadap tatanan logis maupun emosional seseorang mengenai kebenaran yang dianutnya. Dan sebagai seorang teolog, pemerhati sejarah (Kekristenan dan pemikiran Kristen) dan seorang pendeta, saya memberanikan diri mengajak kita semua memasuki pembicaraan mengenai topik yang telah menjadi banyak perbantahan di tengah-tengah jemaat-jemaat kita (dan yang juga meramaikan hiruk-pikuk jagad maya GKI – di samping jagad maya milik gereja-gereja lainnya), sambil berusaha untuk tidak terlalu cepat bereaksi secara emosional dan bersedia menimbang baik-baik data-data historis, analisisnya serta implikasinya bagi Kekristenan kita dewasa ini.
Tulisan ini disusun sebagai sebuah studi awal, yang berarti masih dapat dikembangkan lagi menjadi studi lain yang lebih luas (lebih banyak data dan subyek) dan mendalam (lebih menukik pada soal-soal spesifik). Tulisan ini disusun, terutama bagi rekan-rekan pendeta, penatua dan para aktivis gereja yang terus-menerus harus berhadapan dengan berbagai pertarungan klaim kebenaran serta berbagai tuduhan di seputar istilah-istilah modernis, ekumenikal, liberal, injili, konservatif, fundamentalis, kharismatik, mental perang salib, sekularisasi iman, dlsb. Selain istilah dan tuduhan itu kita juga mengetahui bahwa ada juga beberapa hal yang dibicarakan dalam berbagai kesempatan dan forum resmi maupun dalam suasana informal, yang ternyata kurang dipahami betul duduk persoalannya, seperti sekolah teologi ‘A’ atau ‘B’, sekolah Alkitab ‘X’ atau ‘Y’, soal penolakan terhadap para pengkotbah non-GKI, soal ibadah GKI tidak mau mengikuti trend ibadah yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, soal hubungan gereja-gereja kita dengan yayasan-yayasan pekabaran injil, dlsb., yang semuanya itu sesungguhnya berhubungan dengan topik yang emosional ini.
Sebagai studi awal hal-hal di atas tidak bisa ditelusuri sangat mendalam dan luas, meskipun saya akan menyinggungnya sedikit-sedikit dalam keterkaitan dengan tema umum mengenai topik yang dibahas. Saya memang memiliki harapan agar supaya pada kesempatan yang lain kita dapat lebih jauh mempercakapkan lebih mendalam mengenai topik-topik yang lebih spesifik (dan ini jugalah sebetulnya yang dimaksudkan dengan diskusi-diskusi bulanan yang diselenggarakan oleh Komisi Pengkajian Teologi GKI SW Jabar).
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
 
Bahasa lainnya
Dukungan alat penerjemahan: Afrikans, Albania, Amhara, Arab, Armenia, Azerbaijan, Bahasa Indonesia, Basque, Belanda, Belarussia, Bengali, Bosnia, Bulgaria, Burma, Cebuano, Ceko, Chichewa, China, Cina Tradisional, Denmark, Deteksi bahasa, Esperanto, Estonia, Farsi, Finlandia, Frisia, Gaelig, Gaelik Skotlandia, Galisia, Georgia, Gujarati, Hausa, Hawaii, Hindi, Hmong, Ibrani, Igbo, Inggris, Islan, Italia, Jawa, Jepang, Jerman, Kannada, Katala, Kazak, Khmer, Kinyarwanda, Kirghiz, Klingon, Korea, Korsika, Kreol Haiti, Kroat, Kurdi, Laos, Latin, Latvia, Lituania, Luksemburg, Magyar, Makedonia, Malagasi, Malayalam, Malta, Maori, Marathi, Melayu, Mongol, Nepal, Norsk, Odia (Oriya), Pashto, Polandia, Portugis, Prancis, Punjabi, Rumania, Rusia, Samoa, Serb, Sesotho, Shona, Sindhi, Sinhala, Slovakia, Slovenia, Somali, Spanyol, Sunda, Swahili, Swensk, Tagalog, Tajik, Tamil, Tatar, Telugu, Thai, Turki, Turkmen, Ukraina, Urdu, Uyghur, Uzbek, Vietnam, Wales, Xhosa, Yiddi, Yoruba, Yunani, Zulu, Bahasa terjemahan.

Copyright ©2025 I Love Translation. All reserved.

E-mail: