store evoked the era of the sociali

store evoked the era of the socialist worker: each day, Harbin No. X opened
its doors to a highly operatic broadcast of the store song, steeped in revol-
utionary fervor and sung in military chorus style, entitled ‘Soar, Harbin No.
X!’ The song was infused with the language of the Chinese revolution and
extolled the contributions of China’s workers to a glorious future. Physi-
cally, the store was a socialist behemoth, a massive eight-storey structure
engulfing a full square block of land in one of the city’s central districts.
Inside, working-class sales clerks dealt with mostly blue-collar shoppers.
Rural families in town for a day of shopping and working-class urbanites
in blue or white work smocks enhanced the store’s populist and proletarian
feel.
It was here I worked for two-and-a-half months as a uniformed sales
clerk selling down coats in the women’s department. My assigned position
at Harbin No. X was on the Ice Day counter, where I joined a team of three
sales clerks: Big Sister Zhao, in her early 40s; Big Sister Lin, in her late 30s;
and Little Xiao, in his late 20s. I worked an unpaid ‘internship’, so that I
did not compete with my co-workers for sales commissions. My fellow
clerks received me with enthusiasm and wasted no time in showing me the
sales counter ‘ropes’.
Distinction work, social change, and postsocialist trajectories
As my weeks at the Ice Day down coat counter slipped by, I marveled at
the time and attention our customers devoted to the purchase of a single
item: a down coat. Skeptical shoppers would interrogate sales clerks about
price, brand name, quality of the merchandise, and store return policies. In
response, sales clerks would not only answer these queries but also
challenge the very basis of customer concerns. They did this in two ways:
first, workers evoked Harbin No. X’s status as a reliable state enterprise.
Second, Harbin No. X sales clerks engaged in frank, sociable service inter-
actions that evoked a nostalgic working-class culture in order to convey the
underlying message that Harbin No. X was the appropriate place for elderly
and working-class consumers seeking to avoid the perils of the reform-era
marketplace.
The emergence of skeptical shopping at the store and worker responses
to it signaled that the sharp lines that once had defined the store’s repu-
tation as a reliable state-owned retailer and that set it apart from the risky
geti
marketplace were no longer distinct. Largely a class-coded practice,
skeptical shopping was a clear reaction to the perceived risks of the market-
place, especially at its lower tiers. For while wealthier shoppers could buy
their way out of China’s risky urban marketplaces by shopping in exclus-
ive settings, shoppers with more modest incomes honed skeptical shopping
Hanser
■
Sales floor trajectories
465
461-492 073147 Hanser (D) 7/11/06 08:52 Page 465
© 2006 SAGE Publications. All rights reserved. Not for commercial use or unauthorized distribution.
by HARWAN ANDI KUNNA on November 3, 2007
http://eth.sagepub.com
Downloaded from
practices in the inexpensive bazaars and small-scale private merchants they
increasingly patronized.
Sales clerk counter strategies that sought to affirm Harbin No. X as the
appropriate place for working-class consumers to shop, however, are best
understood within a theoretical framework of social distinctions, symbolic
boundaries, and social change. In particular, Bourdieu’s notion of ‘distinc-
tion’ helps explain why sales clerks worked to shore up the symbolic bound-
aries between Harbin No. X and its new competitors, especially the
geti
marketplace. At the same time, Bourdieu’s concept of ‘trajectory’ suggests
that the nostalgic appeals made by sales clerks to customers were shaped
not only by a reconfigured retail sector but also by the general downward
mobility of China’s urban working class.
Other scholars have argued that service settings and service interactions
can act as key sites for the production and reproduction of symbolic bound-
aries and social hierarchies (Williams, 2006; Sherman, forthcoming). I
suggest that at Harbin No. X, we find the rise of what can be character-
ized more specifically as what I term ‘distinction work’. Distinction work
is interactive service work (Leidner, 1993, 1996) that produces and recog-
nizes social distinctions. Here I borrow the idea Bourdieu developed in
Distinction
(1984) that the production and consumption of cultural goods
– in this case, the ‘good’ of customer service – involves a struggle over
symbolic categories that enables social groups to define and assert them-
selves through simultaneously hierarchical and relational differences
(Bourdieu, 1984, 1998). Distinction work is fundamentally about social
relations – among managers, workers, and customers, and even relations
among
workplaces, in that work activities communicate a relationship to
other workplaces and the people found there. Service work organized as
distinction work seeks to attract customers and win their loyalty by distin-
guishing a store and its clientele from settings located elsewhere – usually
lower down – in the social hierarchy.
Under China’s socialist planned economy, service sector work (and
retail work more specifically) was
not
distinction work: customers had few
choices and state retailers enjoyed a monopolistic stranglehold on the sale
of consumer goods. Customer patronage was a non-issue, and in fact the
service work performed inside settings like department stores was
conducted in ways far more similar to industrial work than it is today.
However, with the rise of a market economy and new social relations,
retailers compete in an increasingly stratified field of competition. In this
context, the state-sector retail workers I studied mobilized a set of distinc-
tions meant to stake out the store’s rightful place within a reconfigured
environment.
But sales clerk counter strategies also engaged in a form of postsocialist
nostalgia that only took on meaning in the context of a downward slide

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Toko membangkitkan era Sosialis pekerja: setiap hari, Harbin No. X dibukapintu ke siaran sangat Opera lagu toko, mendalami revol-utionary semangat dan dinyanyikan dengan gaya militer chorus, berjudul ' Soar, Harbin No.X!' Lagu itu diresapi dengan bahasa Revolusi Cina danmemuji kontribusi pekerja Cina ke masa depan yang gemilang. Physi-Cally, Toko adalah raksasa sosialis, struktur delapan lantai yang besarmenyelimuti blok penuh persegi tanah di salah satu distrik pusat kota.Di dalam, kelas buruh penjualan Panitera berurusan dengan pembeli kebanyakan kerah biru.Keluarga pedesaan di kota untuk hari belanja dan kelas pekerja liyandalam pekerjaan biru atau putih smocks ditingkatkan toko populis dan proletarmerasa.Di sinilah saya bekerja untuk dua-dan-a-setengah bulan sebagai penjualan berseragampetugas penjualan turun mantel di Departemen perempuan. Posisi saya ditugaskanpada Harbin No. X berada di konter es hari, di mana saya bergabung dengan sebuah tim dari tigaPanitera penjualan: Big Sister Zhao, di 40-an awal nya; Kakak Lin, di usia 30-an akhir;dan Xiao kecil, di akhir 20-an. Saya bekerja 'magang' tidak dibayar, jadi yang sayatidak bersaing dengan rekan kerja saya untuk komisi penjualan. SesamaPanitera menerima saya dengan antusiasme dan tidak membuang waktu dalam menunjukkan kepada sayacounter penjualan 'tali'.Perbedaan kerja, perubahan sosial, dan lintasan postsocialistSaya minggu pada zaman es turun counter coat tergelincir oleh, saya kagum padawaktu dan perhatian pelanggan kami ditujukan untuk pembelian satuitem: lapisan bawah. Skeptis pembeli akan menginterogasi penjualan Panitera tentangharga, nama merek, kualitas barang dagangan, dan toko kembali kebijakan. Dalamsebagai tanggapan, Panitera penjualan tidak akan hanya menjawab pertanyaan ini, tetapi jugatantangan asas yang berhubungan dengan nasabah. Mereka melakukan ini dalam dua cara:pertama, pekerja membangkitkan Harbin No. X status sebagai badan usaha milik negara dapat diandalkan.Kedua, Harbin No. X penjualan Panitera bergerak di Jasa jujur, bersosialisasi inter-tindakan yang membangkitkan budaya kelas buruh nostalgia untuk menyampaikanPesan dasar bahwa Harbin No. X adalah tempat yang tepat untuk orang tuadan konsumen kelas buruh yang berusaha untuk menghindari bahaya era reformasipasar.Munculnya skeptis berbelanja di toko dan pekerja tanggapanitu memberi isyarat bahwa sharp garis bahwa setelah telah ditetapkan toko repu-tation sebagai dapat diandalkan milik negara pengecer dan yang membedakannya dari berisikogetipasar yang tidak berbeda. Sebagian besar kelas-kode praktek,skeptis belanja adalah satu reaksi yang jelas dengan risiko yang dirasakan pasar-tempat, terutama pada tingkatan yang lebih rendah. Untuk sementara kaya pembeli dapat membelijalan keluar dari pasar perkotaan berisiko Cina dengan berbelanja di exclus-ive pengaturan, pembeli dengan pendapatan yang lebih sederhana diasah skeptis belanjaHanser■Lintasan lantai penjualan465461-492 073147 hanser (D) 7/11/06 08:52 halaman 465© 2006 SAGE publikasi. Semua Hak, milik. Tidak untuk penggunaan komersial atau distribusi yang tidak sah.oleh ANDI HARWAN KUNNA pada 3 November 2007 http://ETH.sagepub.comDownload dari praktek di Bazaar murah dan pedagang swasta skala kecil merekasemakin dilindungi.Penjualan petugas counter strategi yang cuba menegaskan Harbin No. X sebagaitempat yang layak bagi kelas pekerja konsumen untuk berbelanja, namun, terbaikdipahami dalam kerangka teoritis perbedaan sosial, simbolisbatas-batas, dan perubahan sosial. Secara khusus, gagasan Bourdieu's ' distinc -tion' membantu menjelaskan mengapa penjualan Panitera bekerja untuk menopang terikat simbolis -Aries antara Harbin No. X dan pesaing baru, terutama getipasar. Pada saat yang sama, konsep Bourdieu's 'lintasan' menunjukkanbanding nostalgia yang dibuat oleh Panitera penjualan kepada pelanggan yang dibentuktidak hanya oleh sektor ritel ulang tetapi juga oleh Jenderal ke bawahmobilitas kelas pekerja di perkotaan Cina.Ulama lain berpendapat bahwa layanan pengaturan dan layanan interaksidapat bertindak sebagai kunci situs untuk produksi dan reproduksi simbolis terikat-Aries dan hirarki sosial (Williams, 2006; Sherman, akan datang). Sayamenyarankan bahwa di Harbin No. X, kita menemukan munculnya apa yang dapat menjadi karakter-ized lebih khusus sebagai apa yang saya istilah 'perbedaan bekerja'. Perbedaan kerjaLayanan interaktif pekerjaan (Leidner, 1993, 1996) yang menghasilkan dan recog-nizes sosial perbedaan. Di sini aku meminjam ide Bourdieu dikembangkan diPerbedaan(1984) yang produksi dan konsumsi barang seni-dalam kasus ini, 'baik' Layanan pelanggan-melibatkan perjuangan selamaKategori simbolis yang memungkinkan kelompok sosial untuk mendefinisikan dan menegaskan mereka-diri melalui perbedaan secara bersamaan hirarkis dan relasional(Bourdieu, 1984, 1998). Perbedaan bekerja pada dasarnya adalah tentang sosialhubungan – antara manajer, pekerja dan pelanggan, dan bahkan hubunganantaratempat kerja, dalam kegiatan kerja yang berkomunikasi hubungan yangtempat kerja lain dan orang-orang yang ditemukan di sana. Layanan kerja disusun sebagaiperbedaan pekerjaan berusaha untuk menarik pelanggan dan memenangkan kesetiaan mereka dengan distin-guishing toko dan klien dari pengaturan terletak di tempat lain-biasanyarendah turun-dalam hirarki sosial.Di bawah Cina ekonomi Sosialis terencana, Layanan sektor pekerjaan (daneceran kerja lebih khusus) adalahtidakperbedaan kerja: pelanggan telah sedikitpilihan dan pengecer negara menikmati monopoli mencekik penjualanbarang-barang konsumsi. Perlindungan Nasabah adalah non-isu, dan pada kenyataannyapekerjaan pelayanan dilakukan di dalam pengaturan seperti department storedilakukan dengan cara yang jauh lebih mirip dengan industri bekerja dari saat ini.Namun, dengan munculnya ekonomi pasar dan hubungan sosial yang baru,pengecer bersaing dalam bidang semakin bertingkat-tingkat kompetisi. Dalam hal inikonteks, para pekerja negara-sektor ritel yang saya belajar dimobilisasi serangkaian distinc-tions dimaksudkan untuk mengintai tempat sah toko dalam jarak ulanglingkungan.Tetapi pramuniaga counter strategi juga terlibat dalam bentuk postsocialistnostalgia yang hanya membawa makna dalam konteks slide ke bawah

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

toko membangkitkan era pekerja sosialis: setiap hari, Harbin No. X membuka
pintu untuk siaran yang sangat opera lagu toko, mendalami revol-
semangat utionary dan dinyanyikan dalam gaya chorus militer, berjudul 'Melambung, Harbin No.
X ! ' Lagu ini diresapi dengan bahasa revolusi Cina dan
memuji kontribusi dari pekerja Cina untuk masa depan yang gemilang. Physi-
Cally, toko adalah raksasa sosialis, struktur lantai delapan besar
melanda blok persegi penuh tanah di salah satu distrik pusat kota.
Di dalam, kelas pekerja pegawai penjualan ditangani sebagian besar pembeli kerah biru.
keluarga Pedesaan di kota untuk hari belanja dan kelas pekerja urban
dengan warna biru atau putih baju luar pekerjaan ditingkatkan toko populis dan proletar
merasa.
Itu di sini saya bekerja selama dua-dan-a-setengah bulan sebagai penjualan berseragam
petugas penjualan turun mantel di perempuan departemen. Posisi saya ditugaskan
di Harbin Nomor X adalah di meja Ice Day, di mana saya bergabung dengan tim dari tiga
pegawai penjualan: Kakak Zhao, di awal 40-an nya; Kakak Lin, di akhir 30-an nya,
dan Little Xiao, di akhir 20-an nya. Saya bekerja sebagai 'magang' yang belum dibayar, sehingga saya
tidak bersaing dengan rekan kerja saya untuk komisi penjualan. Sesama
pegawai menerima saya dengan antusiasme dan tidak membuang waktu dalam menunjukkan kepada saya
counter penjualan 'tali'.
pekerjaan Distinction, perubahan sosial, dan lintasan postsocialist
Seperti minggu saya di Hari Ice bawah mantel kontra berlalu, saya kagum pada
waktu dan perhatian pelanggan kami dikhususkan untuk pembelian satu
barang: mantel bawah. Pembeli skeptis akan menginterogasi pegawai penjualan tentang
harga, nama merek, kualitas barang, dan kebijakan toko kembali. Dalam
tanggapan, panitera penjualan tidak hanya akan menjawab pertanyaan ini, tetapi juga
menantang sangat dasar keprihatinan pelanggan. Mereka melakukan ini dalam dua cara:
pertama, pekerja membangkitkan Status Harbin Nomor X sebagai perusahaan negara yang dapat diandalkan.
Kedua, Harbin No. X panitera penjualan terlibat dalam terang, layanan bersosialisasi antar
tindakan yang membangkitkan nostalgia budaya kelas pekerja untuk menyampaikan
pesan yang mendasari bahwa Harbin Nomor X adalah tempat yang tepat untuk orang tua
konsumen dan kelas pekerja berusaha untuk menghindari bahaya reformasi era
pasar.
Munculnya belanja skeptis pada tanggapan toko dan pekerja
untuk itu mengisyaratkan bahwa garis-garis tajam bahwa sekali telah didefinisikan repu- toko
tasi sebagai pengecer milik negara yang dapat diandalkan dan yang membedakannya dari berisiko
geti
pasar tidak lagi berbeda. Sebagian besar praktik kelas-kode,
belanja skeptis adalah reaksi yang jelas terhadap risiko yang dirasakan dari pasar-
tempat, terutama pada tingkatan yang lebih rendah. Untuk sementara pembeli kaya bisa membeli
jalan keluar dari pasar perkotaan China berisiko dengan berbelanja di exclus-
pengaturan ive, pembeli dengan pendapatan lebih sederhana mengasah belanja skeptis
Hanser
■
lantai Penjualan lintasan
465
461-492 073.147 Hanser (D) 7/11/06 08 : 52 Halaman 465
© 2006 SAGE Publications. Seluruh hak cipta. Tidak untuk penggunaan komersial atau distribusi yang tidak sah.
oleh Harwan ANDI KUNNA pada November 3, 2007
http://eth.sagepub.com
Download dari
praktek di pasar-pasar murah dan pedagang swasta skala kecil mereka
semakin dilindungi.
strategi petugas penjualan counter yang berusaha menegaskan Harbin No X sebagai
tempat yang tepat untuk konsumen kelas pekerja untuk berbelanja, namun, sebaiknya
dipahami dalam kerangka teoritis perbedaan sosial, simbolik
batas, dan perubahan sosial. Secara khusus, pengertian Bourdieu dari 'distinc-
tion 'membantu menjelaskan mengapa pegawai penjualan bekerja untuk menopang-batas simbolik
aries antara Harbin Nomor X dan pesaing baru, terutama
geti
pasar. Pada saat yang sama, konsep Bourdieu tentang 'lintasan' menunjukkan
bahwa banding nostalgia dibuat oleh panitera penjualan kepada pelanggan yang dibentuk
tidak hanya oleh sektor ritel ulang tetapi juga oleh penurunan umum
mobilitas kelas pekerja perkotaan Cina.
ulama lain berpendapat bahwa layanan pengaturan dan interaksi layanan
dapat bertindak situs sebagai kunci untuk produksi dan reproduksi-batas simbolik
aries dan hirarki sosial (Williams, 2006; Sherman, akan datang). Saya
menyarankan bahwa di Harbin No. X, kita menemukan munculnya apa yang bisa karakter-
terwujud lebih khusus seperti apa yang saya istilah 'perbedaan pekerjaan'. Karya perbedaan
adalah pekerjaan layanan interaktif (Leidner 1993, 1996) yang memproduksi dan justru menemukan
nizes perbedaan sosial. Di sini saya meminjam ide Bourdieu dikembangkan di
Distinction
(1984) bahwa produksi dan konsumsi barang budaya
- dalam hal ini, 'baik' layanan pelanggan - melibatkan perebutan
kategori simbolik yang memungkinkan kelompok-kelompok sosial untuk mendefinisikan dan menegaskan mereka-
diri melalui bersamaan hirarkis dan relasional perbedaan
(Bourdieu, 1984, 1998). Karya perbedaan secara mendasar tentang sosial
hubungan - antara manajer, pekerja, dan pelanggan, dan bahkan hubungan
antara
tempat kerja, dalam aktivitas kerja berkomunikasi hubungan dengan
tempat kerja lainnya dan orang-orang ditemukan di sana. Pekerjaan jasa diatur sebagai
pekerjaan perbedaan berusaha untuk menarik pelanggan dan memenangkan loyalitas mereka dengan dapat dibedakan
guishing toko dan pelanggannya dari pengaturan terletak di tempat lain - biasanya
lebih rendah bawah -. dalam hirarki sosial
bawah ekonomi terencana China sosialis, layanan kerja sektor (dan
kerja ritel lebih khusus) itu
tidak
bekerja perbedaan: pelanggan memiliki beberapa
pilihan dan pengecer negara menikmati cengkeraman monopoli atas penjualan
barang konsumsi. Patronase pelanggan adalah non-isu, dan pada kenyataannya
pekerjaan pelayanan yang dilakukan dalam pengaturan seperti department store itu
dilakukan dengan cara yang jauh lebih mirip dengan kerja industri dari saat ini.
Namun, dengan munculnya ekonomi pasar dan hubungan sosial baru,
pengecer bersaing di bidang yang semakin stratified kompetisi. Dalam
konteks, pekerja ritel negara-sektor Saya belajar mengerahkan satu set distinc-
tions dimaksudkan untuk mengintai toko tempat yang selayaknya dalam ulang
lingkungan.
Tapi strategi petugas counter penjualan juga terlibat dalam bentuk postsocialist
nostalgia yang hanya mengambil makna dalam konteks slide ke bawah