The many reasons I didn’t want to b

The many reasons I didn’t want to be this man’s wife anymore are too personal and too
sad to share here. Much of it had to do with my problems, but a good portion of our troubles
were related to his issues, as well. That’s only natural; there are always two figures in a marriage,
after all—two votes, two opinions, two conflicting sets of decisions, desires and limitations.
But I don’t think it’s appropriate for me to discuss his issues in my book. Nor would I ask
anyone to believe that I am capable of reporting an unbiased version of our story, and therefore
the chronicle of our marriage’s failure will remain untold here. I also will not discuss here
all the reasons why I did still want to be his wife, or all his wonderfulness, or why I loved him
and why I had married him and why I was unable to imagine life without him. I won’t open any
of that. Let it be sufficient to say that, on this night, he was still my lighthouse and my albatross
in equal measure.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Banyak alasan aku tidak ingin menjadi istri orang ini lagi terlalu pribadi dan terlalusedih untuk berbagi di sini. Banyak itu ada hubungannya dengan masalah saya, tetapi sebagian besar masalah kitayang berkaitan dengan isu-isu nya, juga. Itu wajar; selalu ada dua tokoh dalam perkawinan,setelah semua — dua suara, dua pendapat, dua set bertentangan keputusan, keinginan dan keterbatasan.Tapi aku tidak berpikir itu tepat bagi saya untuk membahas isu-isu nya dalam buku saya. Tidak akan memintasiapa pun untuk percaya bahwa saya mampu pelaporan versi bias cerita kita, dan karena ituBabad kegagalan pernikahan kami akan tetap tak terhitung di sini. Saya juga tidak akan membahas di siniSemua alasan mengapa saya masih ingin menjadi istrinya, atau semua wonderfulness nya, atau mengapa aku mencintainyadan mengapa saya telah menikah dengan dia dan mengapa saya tidak dapat membayangkan hidup tanpa dirinya. Saya tidak akan membuka setiapitu. Biarkan cukup untuk mengatakan bahwa, pada malam ini, dia masih saya mercusuar dan Albatros sayadalam jumlah yang sama.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Banyak alasan saya tidak ingin menjadi istri pria ini lagi terlalu pribadi dan terlalu
sedih untuk berbagi di sini. Sebagian besar ada hubungannya dengan masalah saya, tapi sebagian yang baik dari masalah kita
terkait dengan masalah itu, juga. Itu wajar; selalu ada dua tokoh dalam pernikahan,
setelah semua-dua orang, dua pendapat, dua set bertentangan keputusan, keinginan dan keterbatasan.
Tapi saya tidak berpikir itu tepat bagi saya untuk membahas masalah itu dalam buku saya. Saya juga akan meminta
orang untuk percaya bahwa saya mampu melaporkan versi berisi cerita kami, dan karena itu
babad kegagalan pernikahan kita akan tetap tak terhitung di sini. Saya juga tidak akan membahas di sini
semua alasan mengapa aku masih ingin menjadi istrinya, atau semua wonderfulness nya, atau mengapa aku mencintainya
dan mengapa aku menikah dengannya dan mengapa saya tidak dapat membayangkan hidup tanpa dia. Saya tidak akan membuka
itu. Biarlah cukup untuk mengatakan bahwa, pada malam ini, ia masih mercusuar dan albatros saya
dalam ukuran yang sama.