Antara 1990-2003, selain Brazil dan China, sebagian besar negara mengalami penurunan Foreign Direct Investment (FDI) sebagai bagian dari PDB
(ii) FDI cenderung bersandar kepada negara-negara makmur yang dianggap stabil, baik secara politik maupun ekonomi
( iii) FDI cenderung menghindar dari sektor sosial
(iv) Negara-negara yang menerima lebih FDI juga cenderung memiliki PDB per kapita yang lebih tinggi; Namun, beberapa negara dengan FDI yang tinggi juga memiliki tinggi Gini Indeks (Brasil: 59; Cina: 45; Malaysia: 49; Nigeria: 51), menggarisbawahi dalam beberapa cara, korelasi antara peningkatan FDI dan ketidaksetaraan.
(v) Sebaliknya (meskipun tidak meyakinkan) juga dapat disimpulkan bahwa negara-negara di mana BUMN memainkan peran yang relatif kecil, cenderung memiliki kesenjangan yang lebih besar diberikan lebih tinggi Gini Indeks (Brazil, Nigeria, Malaysia, Afrika Selatan dll)
(vi) Sehubungan dengan pembentukan modal, privatisasi intens & pengembangan sektor swasta dari 1999-2003 mengakibatkan hasil campuran. Negara-negara di mana PES memainkan peran penting mencapai pembentukan modal yang lebih tinggi (Bangladesh, China & India) dibandingkan dengan negara-negara di mana PES memainkan peran yang relatif kecil (Brazil dan Kenya).
(vii) Selama periode yang sama, Industri Sektor Value Added (ISVA) sebagai persentase dari PDB mengalami hasil yang beragam; sebagian besar negara mencatat keuntungan (China, Malaysia dan Nigeria naik secara signifikan) dengan pengecualian nota- ble Brasil di mana ISVA rendah.
(viii) keuntungan Selanjutnya, negara-negara dengan peningkatan FDI sebagai bagian dari PDB juga berpengalaman dalam Sektor Jasa Nilai Tambah, yang menyebabkan keuntungan investasi asing yang dibagi merata.
Sedang diterjemahkan, harap tunggu..
