acquired a symbolic value, not onl

acquired a symbolic value, not onl when it is an abstract class signified as the content of a verbal or ironic communication. it also has symbolic value when it is used an object. in other words, the object becomes the sign-vehicle of a semantik unit which is not onlyautomobile but, for example, speed, convenience or wealth. the object also becomes the sign-vehicle for its possible use. on the social level the object, as object, already has its own sign function, and therefore a semiotic nature. thus the second hypothesis, according to which cultural phenomena are the contents of a possible signification, already refers back to the first hypothesis, according to which cultural phenomena must be seen as significant devices.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

memperoleh nilai simbolis, bukan onl ketika kelas abstrak yang ditandakan sebagai isi dari komunikasi verbal atau ironis. Hotel ini juga memiliki nilai simbolis bila digunakan objek. dengan kata lain, objek menjadi tanda-kendaraan unit semantik yang tidak onlyautomobile tapi, misalnya, kecepatan, kemudahan atau kekayaan. objek ini juga menjadi tanda-kendaraan untuk penggunaannya mungkin. pada tingkat sosial objek, seperti objek, sudah memiliki fungsi tanda sendiri, dan karena itu alam semiotic. dengan demikian hipotesis kedua, menurut yang fenomena budaya adalah isi dari penandaan mungkin, sudah merujuk kembali kepada hipotesis pertama, yang fenomena budaya harus dilihat sebagai perangkat yang signifikan.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

diperoleh nilai simbolik, tidak onl ketika sebuah kelas abstrak ditandai sebagai konten dari komunikasi verbal atau ironis. juga memiliki nilai simbolis bila digunakan obyek. dengan kata lain, obyek menjadi tanda-kendaraan unit Semantik yang tidak onlyautomobile tetapi, misalnya, kecepatan, kenyamanan atau kekayaan. obyek juga menjadi tanda-kendaraan untuk kemungkinan penggunaan nya. pada tingkat sosial objek, sebagai objek, sudah memiliki fungsi tanda sendiri, dan karena itu bersifat semiotik. sehingga hipotesis kedua, yang menurut fenomena budaya adalah isi dari signifikasi mungkin, sudah mengacu kembali ke hipotesis pertama, yang menurut fenomena budaya harus dilihat sebagai perangkat yang signifikan.