Romans is an occasional letter writ

Romans is an occasional letter written by Paul, a Jew of second Temple Judaism2
and the apostle to the gentiles. Paul wrote Romans in order to address certain internal
concerns within the Christian community in Rome, and to introduce himself to them in anticipation of a later mission trip to Spain. Even though Paul had a specific, historical reason for writing this letter to the Christians in Rome, it still contains missional and relational elements that can be applied to the contemporary context
of post-modern and post-Christian western society. The methodology of this study is a missio-relational approach as compared to the regular practice of doctrinal-rationalist approach.
This is a sequel to earlier works on “relationality” (Wan 2006a), “relational realism paradigm” (Wan 2006b) and “relational theology and missiology” (Wan 2007). A missiological Reading of Romans There is no question that Romans was considered a very significant book of the Bible at the time of the Reformation; this is especially true for the doctrine of “justification by faith.” However, text covering the doctrinal topic of “justification by faith” is found for the most part only in Romans 3:21-5:21. Taken as a whole, the book of Romans is more missional in nature. The beginning and conclusion of Romans contain a consistent emphasis on A Missio-Relational Reading of Romans1
“obedience to the faith among all nations” 3 (by apostolic duty, 1:5, and by the
prophetic scriptures, 16:26). Paul had a strong motivation “to win the Gentiles”
(Rom 15:15-16) and a strong desire to push on to new frontiers beyond Rome to Spain (Rom 15:19-20, 23-24, 28).
Peter T. O’Brien had proposed that from Romans 15:14-33 alone he could identify six “distinguishing marks” of Paul’s missionary activity.4 Similarly, Steve Strauss (2003) formulated five significant principles for missions strategy from Romans 15:14-33. Dean S. Gilliand (1983) extensively examined the missiological dimension of Romans.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Roma adalah kadang-kadang surat yang ditulis oleh Paul, seorang Yahudi dari kedua Candi Judaism2dan rasul kepada bangsa-bangsa. Paul menulis Roma untuk alamat tertentu internalkeprihatinan dalam komunitas Kristen di Roma, dan untuk memperkenalkan dirinya kepada mereka dalam mengantisipasi kemudian misi perjalanan ke Spanyol. Meskipun Paul punya alasan yang spesifik, sejarah untuk menulis surat ini kepada orang-orang Kristen di Roma, masih mengandung unsur wahidiyah dan relasional yang dapat diterapkan pada konteks kekinianpasca modern dan post-Kristian masyarakat Barat. Metodologi penelitian ini adalah pendekatan missio-relasional dibandingkan dengan latihan yang teratur doktrinal-rasionalis pendekatan.Ini adalah sekuel sebelumnya bekerja pada "relationality" (Wan 2006a), "realisme relasional paradigma" (Wan 2006b) dan "teologi relasional dan misiologi" (Wan 2007). Missiological membaca Roma ada adalah tidak ada pertanyaan bahwa Roma dianggap sebuah buku yang sangat signifikan Alkitab pada saat reformasi; Hal ini terutama berlaku bagi doktrin "pembenaran oleh iman." Namun, teks meliputi topik doktrin "pembenaran oleh iman" ditemukan untuk sebagian besar hanya dalam Roma 3:21-5:21. Diambil secara keseluruhan, Kitab Surat Roma lebih wahidiyah di alam. Awal dan kesimpulan Roma mengandung penekanan yang konsisten pada Missio-relasional membaca Romans1"ketaatan iman di antara semua bangsa" 3 (oleh tugas Apostolik, 1:5, dannubuatan Alkitab, 16:26). Paul memiliki motivasi yang kuat "untuk memenangkan bangsa-bangsa lain"(Rom 15:15-16) dan keinginan yang kuat untuk mendorong pada ke new frontiers di luar Roma untuk Spanyol (Rom 15:19-20, 23-24, 28).Peter T. O'Brien telah mengusulkan bahwa dari Roma 15:14-33 saja dia bisa mengidentifikasi enam "membedakan tanda" dari Paul's misionaris activity.4 demikian, Steve Strauss (2003) diformulasikan lima prinsip-prinsip penting untuk strategi misi dari Roma 15:14-33. Dean S. Gilliand (1983) secara ekstensif diteliti dimensi missiological Roma.