In Ethiopia, several prevalence stu

In Ethiopia, several prevalence studies have been performed
recently that show that bTB is endemic in cattle;
however, prevalences vary depending on the geographical
areas, breeds and husbandry practices. Abattoir and dairy
farm studies from central Ethiopia have reported prevalence
between 3.5 and 13.5% and locally in peri-urban
Addis Ababa up to 50% (Ameni et al. 2007; Shitaye et al.
2007; Berg et al. 2009; Demelash et al. 2009; Regassa et al.
2010). In contrast, lower prevalence of 0.9% was reported
in traditionally kept zebu cattle (Tschopp et al. 2010a).
Other livestock than cattle have also been investigated.
Based on gross pathology, prevalences of 5–10% were
reported in camels slaughtered at Dire Dawa abattoir in
eastern Ethiopia and in Addis Ababa abattoir (Mamo et al.
2009; Mamo et al. 2011). Hiko and Agga (2011) reported a
4.2% prevalence of bTB in goats slaughtered at the Mojo
export abattoir in central Ethiopia. The observed variability
of bTB disease frequency in Ethiopia might well be influenced
by different livestock production systems (rural/
pastoral/peri-urban) and different geographic and climatic
contexts. Transmission of bTB seems to be higher in intensive peri-urban settings when compared to extensive
rural and pastoral areas. Hence, a detailed understanding of
bTB transmission requires field studies in a given social and
ecological context.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Di Ethiopia, beberapa prevalensi penelitian telah dilakukanBaru-baru ini yang menunjukkan bahwa bTB endemik ternak;Namun, prevalences bervariasi tergantung pada geografisArea, ras, dan praktek-praktek peternakan. Kawalan dan susuPenelitian Pertanian dari Ethiopia tengah telah melaporkan prevalensiantara 3.5 dan 13,5% dan lokal di kotaAddis Ababa hingga 50% (Ameni et al. 2007; Shitaye et al.2007; Berg et al. 2009; Demelash et al. 2009; Regassa et al.2010). sebaliknya, lebih rendah prevalensi 0,9% dilaporkanZebu pribumi tradisional terus ternak (Tschopp et al. 2010a).Ternak lain daripada ternak juga telah menyelidiki.Berdasarkan berat Patologi, yang prevalences 5-10%dilaporkan dalam unta-unta yang disembelih di Dire Dawa kawalan disebelah timur Etiopia dan di Addis Ababa kawalan (Mamo et al.2009; Mamo et al. 2011). HIKO dan Agga (2011)4,2 prevalensi % bTB di kambing dibantai di Mojoekspor kawalan di Ethiopia tengah. Variabilitas diamatidari bTB frekuensi penyakit di Ethiopia mungkin juga dipengaruhioleh sistem produksi ternak yang berbeda (pedesaan /pastoral/peri-perkotaan) dan berbeda geografis dan iklimkonteks. Transmisi bTB tampaknya lebih tinggi dalam pengaturan kota yang intensif bila dibandingkan dengan luaswilayah pedesaan dan pastoral. Oleh karena itu, pemahaman terperinci atasbTB transmisi memerlukan bidang studi sosial tertentu dankonteks ekologi.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Di Ethiopia, beberapa penelitian prevalensi telah dilakukan
baru-baru ini yang menunjukkan bahwa BTB adalah endemik pada ternak;
Namun, prevalensi bervariasi tergantung pada geografis
daerah, keturunan dan praktik peternakan. Rumah potong hewan dan susu
penelitian pertanian dari pusat Ethiopia telah melaporkan prevalensi
antara 3,5 dan 13,5% dan lokal di pinggiran kota
Addis Ababa hingga 50% (amenity et al 2007;. Shitaye et al.
2007; Berg et al 2009;. Demelash et al . 2009;. Regassa et al
2010). Sebaliknya, prevalensi lebih rendah dari 0,9% dilaporkan
pada sapi zebu tradisional terus (Tschopp et al. 2010a).
Ternak Selain sapi juga telah diteliti.
Berdasarkan patologi kotor, prevalensi 5-10% yang
dilaporkan di unta disembelih di Dire Dawa rumah jagal di
Ethiopia timur dan di rumah potong hewan Addis Ababa (Mamo et al.
2009; Mamo et al 2011.). Hiko dan Agga (2011) melaporkan
prevalensi 4,2% dari BTB di kambing disembelih di Mojo
pemotongan ekspor di tengah Ethiopia. Variabilitas diamati
frekuensi penyakit BTB di Ethiopia mungkin akan dipengaruhi
oleh sistem produksi ternak yang berbeda (pedesaan /
pastoral / peri-urban) dan berbeda geografis dan iklim
konteks. Penularan BTB tampaknya lebih tinggi di intensif pengaturan pinggiran kota bila dibandingkan dengan luas
daerah pedesaan dan pastoral. Oleh karena itu, pemahaman rinci tentang
transmisi BTB membutuhkan studi lapangan dalam sosial dan diberikan
konteks ekologi.