The terrifying headmasterMr. Tucker

The terrifying headmaster
Mr. Tucker is the headmaster of my school. He does not wear glasses. His eyes always frighten me even when I refuse to face them. They are sharp, hard, and cold, and he uses them like a whip.

He always washes his hands in an enamel basin in the corner of the room. After he has washed them, he will walk over to his desk and stand behind it looking at the pupils while he dries his hands on a small, white towel. He dries each finger separately, beginning with the first finger. His fingers are long and white. He rubs them briskly without losing the effect of deliberation and as he tubs them, he looks at us with his eyes.

No one moves while he dries his hands, no one speaks. When he finishes, he will fold the towel and put it in desk drawer. Then, he will awkwardly smile at us.

He really terrifies me.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kepala sekolah mengerikanTn. Tucker adalah seorang kepala sekolah saya. Dia tidak memakai kacamata. Matanya selalu menakut-nakuti saya bahkan ketika saya menolak untuk menghadapi mereka. Mereka tajam, keras, dan dingin, dan dia menggunakan mereka seperti cambuk. Ia selalu mencuci tangannya di cekungan enamel di sudut ruang. Setelah dia telah membasuh mereka, ia akan berjalan ke mejanya dan berdiri di belakang itu memandang murid sementara ia mengering tangannya pada handuk kecil, putih. Ia mengering setiap jari secara terpisah, dimulai dengan jari pertama. Jari panjang dan putih. Dia menggosok mereka cepat tanpa kehilangan efek musyawarah dan seperti dia tubs mereka, ia tampak pada kami dengan mata.Tidak ada yang bergerak sementara ia mengering tangannya, tidak ada yang berbicara. Ketika ia selesai, ia akan lipat handuk dan meletakkannya di laci meja. Kemudian, ia canggung akan tersenyum pada kita. Dia benar-benar menakutkan bagi saya.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

The menakutkan kepala sekolah
Mr. Tucker adalah kepala sekolah saya. Dia tidak memakai kacamata. Matanya selalu menakut-nakuti saya bahkan ketika saya menolak untuk menghadapi mereka. Mereka tajam, keras, dan dingin, dan dia menggunakan mereka seperti cambuk.

Dia selalu mencuci tangannya dalam sebuah baskom enamel di sudut ruangan. Setelah ia telah dicuci mereka, ia akan berjalan ke mejanya dan berdiri di belakangnya melihat murid sambil mengeringkan tangannya pada, handuk putih kecil. Dia mengering masing-masing jari secara terpisah, dimulai dengan jari pertama. Jari-jarinya yang panjang dan putih. Ia menggosok mereka cepat tanpa kehilangan pengaruh musyawarah dan saat ia bak mereka, ia menatap kami dengan matanya.

Tidak ada yang bergerak sambil mengeringkan tangannya, tidak ada yang berbicara. Ketika ia selesai, ia akan melipat handuk dan memasukkannya ke dalam laci meja. Kemudian, ia canggung akan tersenyum pada kami.

Dia benar-benar menakutkanku.