Miriam is presented as Moses’ siste

Miriam is presented as Moses’ sister, though in Israel’s memory she
may be reckoned as an alternative voice of authority. The narrative reports
on the way in which her challenge to the authority of Moses is a hazardous
undertaking, for Miriam is not only smitten by leprosy for the challenge, but
in the end depends upon the intervention of Moses for healing. The episode
testifies to the singular authority that the figure of Moses occupies in the
memory and imagination of Israel.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Miriam disajikan sebagai suster Moses', meskipun dalam memori Israel diamungkin diperhitungkan sebagai suara otoritas alternatif. Laporan naratifdi jalan di mana ia tantangan pada otoritas Moses adalah berbahayausaha, untuk Miriam tidak hanya dipukul oleh kusta untuk tantangan, tetapipada akhirnya tergantung pada intervensi dari Moses untuk penyembuhan. Episodebersaksi kepada otoritas tunggal yang menempati sosok Moses dimemori dan imajinasi Israel.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Miriam disajikan sebagai kakak Musa, meskipun dalam memori Israel ia
mungkin harus diperhitungkan sebagai suara alternatif otoritas. Laporan naratif
tentang cara di mana tantangan dia untuk otoritas Musa adalah berbahaya
usaha, untuk Miriam tidak hanya dipukul oleh kusta untuk tantangan, namun
pada akhirnya tergantung pada intervensi Musa untuk penyembuhan. Episode
bersaksi kepada otoritas tunggal bahwa sosok Musa menempati di
memori dan imajinasi Israel.