The pedagogical model that informed

The pedagogical model that informed the design of this curriculum is Greene’s (2001) model of Aesthetic Education, as discussed in the previous section. Support for Aesthetic Education as an educational paradigm that has the potential to increase access to physics can be found by combining the following models: Multiple Worlds Theory (Phelan, Davidson, & Yu, 1993), which illuminates the difficulties that minority students face when at- tempting to navigate the boundaries and borders that separate their home worlds from the world of the dominant culture in public schools; sociolin- guistic theories of language and power (Bourdieu, 1977); studies that sug- gest that the discourse of physics, which includes the language of mathematics, serves to set physicists apart from everyday interactions (Bazerman, 2000, among others); and the historic importance of visualiza- tion in discoveries in physics (Holton, 1996; John-Steiner, 1997; Miller, 1989).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Model pedagogis yang diberitahu desain Kurikulum ini adalah Greene (2001) model pendidikan estetika, seperti yang dibahas dalam bagian sebelumnya. Dukungan untuk estetika pendidikan sebagai paradigma pendidikan yang memiliki potensi untuk meningkatkan akses ke fisika dapat ditemukan dengan menggabungkan model berikut: beberapa dunia teori (Phelan, Davidson, & Yu, 1993), yang menerangi kesulitan yang dihadapi siswa minoritas ketika - menggoda untuk menavigasi batas-batas dan batas-batas yang memisahkan dunia mereka rumah dari dunia budaya yang dominan di sekolah umum; sociolin - guistic teori bahasa dan kuasa (Bourdieu, 1977); studi itu sug-gest yang wacana fisika, yang meliputi bahasa matematika, berfungsi untuk mengatur fisikawan dari interaksi sehari-hari (Bazerman, 2000, antara lain); dan pentingnya bersejarah visualiza-tion dalam penemuan dalam Fisika (Holton, 1996; John-Steiner, 1997; Miller, 1989).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Model pedagogis yang melatarbelakangi rancangan kurikulum ini (2001) Model Greene dari Aesthetic Pendidikan, seperti yang dibahas pada bagian sebelumnya. Dukungan untuk Aesthetic Pendidikan sebagai paradigma pendidikan yang memiliki potensi untuk meningkatkan akses ke fisika dapat ditemukan dengan menggabungkan model berikut: Beberapa Worlds Theory (Phelan, Davidson, & Yu, 1993), yang menerangi kesulitan yang dihadapi siswa minoritas ketika di - menggoda untuk menavigasi batas-batas dan perbatasan yang memisahkan dunia rumah mereka dari dunia budaya yang dominan di sekolah umum; teori guistic sociolin- bahasa dan kekuasaan (Bourdieu, 1977); studi yang mengesankan bahwa wacana fisika, yang meliputi bahasa matematika, berfungsi untuk mengatur fisikawan selain interaksi sehari-hari (Bazerman, 2000, antara lain); dan pentingnya bersejarah tion visualiza- dalam penemuan-penemuan dalam fisika (Holton, 1996; John-Steiner, 1997; Miller, 1989).