The CAN project put into action the

The CAN project put into action the idea that: ‘With mental methods… as the principal means for doing simple calculations… calculators… are the sensible tool for difficult calculations, the ideal complement to mental arithmetic’ (Plunkett, 1979: p. 5). However, as noted earlier, national reforms led to a weakening of this position in postproject schools, particularly once national assessment framed problems in terms of standard written methods, or required pupils to show working, or barred use of calculators. Consequently, the pupils in this follow-up study had not experienced such a strong emphasis on developing expertise in using calculators. This was illuminated by analysis of pupils’ responses to a further number problem (Ruthven & Chaplin, 1997).

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

DAPAT proyek dimasukkan ke dalam tindakan ide itu: ' dengan mental metode... sebagai cara utama untuk melakukan perhitungan sederhana... Kalkulator... adalah alat yang masuk akal untuk perhitungan sulit, ideal komplemen untuk aritmatika mental' (Plunkett, 1979: Halaman 5). Namun, seperti diperhatikan sebelumnya, Nasional reformasi yang dipimpin ke melemahnya posisi ini di postproject sekolah, terutama sekali penilaian Nasional berbingkai masalah dalam hal standar menulis metode, atau murid-murid yang diperlukan untuk menunjukkan bekerja, atau dilarang menggunakan Kalkulator. Akibatnya, murid-murid dalam studi lanjutan ini tidak mengalami penekanan kuat pada pengembangan keahlian dalam menggunakan Kalkulator. Ini adalah diterangi oleh analisis murid-murid tanggapan ke nomor lebih lanjut masalah (Ruthven & Chaplin, 1997).

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Proyek BISA dimasukkan ke dalam tindakan ide bahwa: "Dengan metode mental yang ... sebagai sarana utama untuk melakukan perhitungan sederhana ... kalkulator ... adalah alat yang masuk akal untuk perhitungan yang sulit, ideal untuk melengkapi aritmatika mental '(Plunkett, 1979:. P 5) . Namun, seperti disebutkan sebelumnya, reformasi nasional menyebabkan melemahnya posisi ini di sekolah-sekolah postproject, terutama sekali penilaian nasional dibingkai masalah dalam hal metode standar tertulis, atau murid diminta untuk menunjukkan kerja, atau dilarang menggunakan kalkulator. Akibatnya, siswa di ini studi tindak lanjut tidak mengalami seperti penekanan kuat pada pengembangan keahlian dalam menggunakan kalkulator. Hal ini diterangi oleh analisis respon murid untuk masalah nomor lanjut (Ruthven & Chaplin, 1997).