THE HORNED MELON The horned melon,

THE HORNED MELON

The horned melon, also called African horned cucumber, is an annual vine in the cucumber and melon family. It is considered to be the ancestor of the other cultivated melons. Often known by its nickname in the southeastern United States, blowfish fruit, it is grown for its fruit, which look like oval melons with horn like spines.
The fruit of this plant is edible, but it is used as often for decoration as for food. When ripe, it has a yellow-orange skin and a lime green, jelly-like fesh with a tart taste, and texture similar to a cucumber.
In Zimbabwe, this cucumber is called gaka, and it is primarily used as a fruit-snack, salad, and rarely for decoration. It is eaten young, mature green, or when ripe bright yellow/orange. It grows naturally in the fields and also in the bush . however, some people leave some to rot in the fields for the next summer’s seeds/plant.
As traditional food plant in Africa, this fruit is potential to improve nutrition, boost food security, foster rural development and support sustainable land care. Along with the Gemsbok cucumber, it is the only source of water during the dry season in the Kalahari Desert. Despite the fruit’s colorful appearance, it is not found any significant uses in Western cuisine and been called “astringent”, and the price is “exorbitant”.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

MELON BERTANDUK Melon bertanduk, juga disebut Afrika bertanduk mentimun, adalah anggur tahunan dalam keluarga mentimun dan melon. Hal ini dianggap untuk menjadi leluhur Melon dibudidayakan lainnya. Sering dikenal dengan julukan di Tenggara Amerika Serikat, buah blowfish, ditanam untuk buahnya, yang terlihat seperti Melon oval dengan tanduk seperti duri. Buah dari tanaman ini edible, tapi seperti yang sering digunakan untuk dekorasi untuk makanan. Ketika matang, ia memiliki kulit kuning-oranye dan kapur fesh hijau, seperti jeli tart rasa dan tekstur yang mirip dengan mentimun. Di Zimbabwe, mentimun ini disebut gaka, dan terutama digunakan sebagai buah-snack, salad, dan jarang untuk dekorasi. Hal ini dimakan hijau muda, dewasa, atau ketika matang cerah kuning/oranye. Tumbuh secara alami di ladang dan juga di semak-semak. Namun, beberapa orang meninggalkan beberapa membusuk di ladang untuk musim panas berikutnya biji/tanaman. Sebagai makanan tradisional tanaman di Afrika, buah ini potensi untuk meningkatkan gizi, meningkatkan ketahanan pangan, mendorong pembangunan pedesaan dan mendukung perawatan lahan yang berkelanjutan. Bersama dengan Ketimun Gemsbok, itu adalah satu-satunya sumber air selama musim kemarau di gurun Kalahari. Meskipun penampilan berwarna-warni buah, tidak ditemukan menggunakan setiap signifikan dalam masakan Barat dan telah disebut "zat", dan harga "terlalu tinggi".

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kisut MELON

The bertanduk melon, juga disebut Afrika mentimun bertanduk, adalah pohon anggur tahunan di mentimun dan melon keluarga. Hal ini dianggap sebagai nenek moyang dari melon dibudidayakan lainnya. Sering dikenal dengan julukan nya di Amerika Serikat tenggara, buah blowfish, itu ditanam untuk buahnya, yang terlihat seperti melon oval dengan tanduk seperti duri.
Buah dari tanaman ini bisa dimakan, tetapi digunakan sesering untuk dekorasi untuk makanan . Ketika matang, ia memiliki kulit kuning-oranye dan hijau limau, seperti jelly fesh dengan rasa asam, dan tekstur mirip dengan mentimun.
Di Zimbabwe, mentimun ini disebut gaka, dan terutama digunakan sebagai buah-camilan , salad, dan jarang untuk dekorasi. Dimakan muda, hijau matang, atau saat matang berwarna kuning terang / oranye. Tumbuh secara alami di ladang dan juga di semak-semak. Namun, beberapa orang meninggalkan beberapa membusuk di ladang untuk musim panas mendatang biji / tanaman.
Sebagai tanaman pangan tradisional di Afrika, buah ini berpotensi meningkatkan gizi, ketahanan pangan dorongan, pembangunan pedesaan asuh dan mendukung perawatan lahan yang berkelanjutan. Seiring dengan mentimun gemsbok, itu adalah satu-satunya sumber air pada musim kemarau di Gurun Kalahari. Meskipun tampilan warna buah ini, tidak ditemukan adanya penggunaan yang signifikan dalam masakan Barat dan disebut "zat", dan harga "selangit".