“I just . . . I don’t know. I’ve mo

“I just . . . I don’t know. I’ve moved on, but . . .”
“You haven’t moved on, Jase. If you haven’t been able to visit her grave, you haven’t moved on.”
We pulled into a parking spot in the middle of the lot. He turned off the engine and looked at me. His gaze dropped to my lips, and he seemed unable to drag his attention from them. The hand on the steering wheel tightened.
“Do you still love her?” I whispered.
Jase didn’t answer for a long moment. “I will always love Kari. She was a great person. I don’t know where we’d be right now if she had lived, but I will always care for her.” His chest rose slowly. He looked like he was about to say more, but changed his mind.
I recalled what Cam had said about him being scared. Maybe that really was it. Maybe he did love me, but it wouldn’t be enough. Some wounds, festered by silence, ran too deep. And there would be nothing I could do to change him and how he saw relationships. He had to find that in himself and he had to want to. And I hoped he did. Not just for my sake, but because, even though the wound he’d left on my heart was fresh and bleeding, he was a good man.
He just needed to sort himself out.
As I watched him work through what to say, I did what was probably the most mature thing I’d ever done in my almost nineteen years. Like earn-­a-­medal-­or-­a-­box-­of-­cookies type of mature, because I was still hurting so badly when it came to him.
I leaned across the seat and pressed my lips against his cool cheek. Jase sucked in a sharp breath and turned a wild gaze on me as I pulled back. “I’m sorry for everything you’ve had to go through and I . . . I still love you, so I hope one day you’re able to move on, because you deserve that, Jase Winstead.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

"Aku hanya... Saya tidak tahu. Telah saya bergerak di, tapi... ""Anda belum pindah, Jase. Jika Anda belum mampu untuk menziarahi kuburan ibunya, Anda belum pindah."Kami menarik ke tempat parkir di tengah banyak. Dia mematikan mesin dan memandangku. Tatapan menjatuhkan bibir saya, dan dia tampak mampu menarik perhatian dari mereka. Tangan di kemudi diperketat."Apakah Anda masih mencintai dia?" Aku berbisik.Jase tidak menjawab untuk waktu yang lama. "Aku akan selalu mencintai Kari. Dia adalah orang besar. Saya tidak tahu mana kita akan sekarang jika dia tinggal, tapi aku akan selalu peduli untuk dirinya." Dadanya naik perlahan-lahan. Dia tampak seperti dia hendak mengatakan lebih, tapi berubah pikiran.Saya ingat apa Cam katakan tentang dia takut. Mungkin itu benar-benar adalah itu. Mungkin dia mencintai saya, tapi itu tidak akan cukup. Beberapa luka-luka, festered oleh keheningan, berlari terlalu dalam. Dan akan ada apa-apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah dirinya dan bagaimana ia melihat hubungan. Dia harus menemukan bahwa dalam dirinya sendiri dan ia ingin. Dan aku berharap dia lakukan. Tidak hanya untuk kepentingan saya, tapi karena, meskipun luka yang dia tinggalkan di hatiku segar dan pendarahan, dia adalah orang baik.Dia hanya perlu untuk menyortir dirinya keluar.Ketika saya melihat dia bekerja melalui apa yang harus kukatakan, aku apa mungkin adalah hal yang paling matang saya pernah lakukan dalam saya hampir sembilan belas tahun. Seperti earn-a-medal-or-a-box-of-cookies jenis matang, karena aku masih sakit begitu buruk ketika ia datang kepadanya.Aku bersandar di kursi dan ditekan bibirku terhadap pipinya yang keren. Jase tersedot napas tajam dan berubah tatapan liar pada saya karena saya ditarik kembali. "Saya minta maaf untuk segala hal yang Anda sudah pergi melalui dan saya... Aku masih cinta Anda, jadi saya berharap suatu hari kau dapat bergerak, karena Anda layak itu, Jase sendiri.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

"Saya hanya. . . Saya tidak tahu. Saya sudah pindah, tapi. . .
"" Anda belum pindah, Jase. Jika Anda belum bisa mengunjungi makamnya, Anda belum pindah.
"Kami menarik ke tempat parkir di tengah banyak orang. Dia mematikan mesin dan menatapku. Tatapannya jatuh ke bibir saya, dan ia tampak tidak dapat menyeret perhatiannya dari mereka. Tangan di setir diperketat.
"Apakah Anda masih mencintainya?" Bisikku.
Jase tidak menjawab untuk waktu yang lama. "Aku akan selalu mencintai Kari. Dia adalah orang besar. Saya tidak tahu di mana kita akan benar jika ia tinggal, tapi aku akan selalu merawatnya. "Dadanya naik perlahan-lahan. Dia tampak seperti dia akan mengatakan lebih, tapi berubah pikiran.
Saya teringat apa yang cam katakan tentang dia menjadi takut. Mungkin itu benar-benar itu. Mungkin dia mencintaiku, tapi itu tidak akan cukup. Beberapa luka, membusuk oleh keheningan, berlari terlalu dalam. Dan akan ada apa-apa yang bisa saya lakukan untuk mengubah dirinya dan bagaimana ia melihat hubungan. Dia harus menemukan bahwa dalam dirinya dan dia harus mau. Dan aku berharap dia lakukan. Bukan hanya demi aku, tapi karena, meskipun luka dia ditinggalkan di hati saya segar dan berdarah, dia adalah orang yang baik.
Dia hanya perlu untuk memilah dirinya keluar.
Ketika saya melihat dia bekerja melalui apa yang harus dikatakan, saya melakukan apa yang mungkin hal yang paling matang yang pernah saya lakukan di saya hampir sembilan belas tahun. Seperti mendapatkan-a-medali atau-a-box-of-kue jenis matang, karena aku masih sakit begitu parah ketika datang kepadanya.
Aku bersandar di kursi dan menekan bibirku pipi dingin nya. Jase menarik napas tajam dan berbalik tatapan liar di saat aku menarik kembali. "Saya minta maaf untuk semua yang Anda punya untuk pergi melalui dan saya. . . Aku masih mencintaimu, jadi saya berharap suatu hari Anda dapat pindah, karena Anda pantas itu, Jase Winstead.