The Schrödinger equation itself als

The Schrödinger equation itself also implies some mathematical restrictions on the type of functions that will occur.
Because it is a second-order differential equation, the second derivative of ψ must be well defined if the equation is to be applicable everywhere.
We can take the second derivative of a function only if it is continuous (so there are no sharp steps in it, Fig. 7.23) and if its first derivative, its slope, is continuous (so there are no kinks).
At this stage we see that ψ must be:

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Persamaan Schrödinger itu sendiri juga menunjukkan beberapa pembatasan matematika pada jenis fungsi yang akan terjadi. Karena persamaan diferensial urutan kedua, kedua turunan dari ψ harus defined baik jika persamaan yang akan berlaku di mana-mana. Kita dapat mengambil kedua turunan dari suatu fungsi hanya jika hal ini terus menerus (jadi tidak ada langkah yang tajam di dalamnya, gambar 7,23) dan jika turunannya pertama, lereng, terus-menerus (jadi tidak ada kinks).Pada tahap ini kita melihat ψ itu harus:

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

The Schrödinger persamaan itu sendiri juga menyiratkan beberapa pembatasan matematika pada jenis fungsi yang akan terjadi.
Karena itu adalah persamaan diferensial orde kedua, turunan kedua dari ψ harus juga didefinisikan jika persamaan adalah dapat diterapkan di mana-mana.
Kita bisa mengambil turunan kedua fungsi hanya jika itu adalah terus menerus (jadi tidak ada langkah-langkah yang tajam di dalamnya, Gambar. 7.23) dan jika turunan pertama, kemiringannya, kontinu (jadi tidak ada Kinks).
Pada tahap ini kita melihat ψ yang harus: