But when I looked up and met her ey

But when I looked up and met her eyes, I lost it. She was staring at me and it was her—Hanna, this girl I saw every morning and fell in love with a little bit more every single time she opened her mouth.
It was so fucking real. With a loud shout, I collapsed on her, bucking wildly and flooded with a pleasure so intense I barely registered the warmth of her arms around my shoulders, the press of her kiss to my neck when I stilled on top of her, or the way she whispered, “Stay on top of me like this forever.”
“Don’t ever stop being so fucking open,” I murmured, pulling my gaze to her face. “Don’t stop asking for what you want.”
“I won’t,” she whispered. “I got you tonight, didn't I?" And just that simply, I was claimed.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Tapi ketika aku mendongak dan bertemu matanya, aku kehilangan itu. Dia sedang menatap saya dan itu adalah dirinya — Hanna, gadis ini aku melihat setiap pagi dan jatuh cinta dengan sedikit lebih setiap kali dia membuka mulutnya.Itu begitu sialan nyata. Dengan berteriak keras, saya runtuh pada dirinya, melawan liar dan membanjiri dengan senang hati begitu kuat saya nyaris tidak terdaftar kehangatan tangannya di sekitar bahu saya, menekan nya kiss leher saya ketika saya batu di atas dia, atau cara dia berbisik, "tinggal di atas saya seperti ini selamanya.""Jangan pernah berhenti menjadi begitu fucking terbuka," saya bersungut, menarik pandangan ke wajahnya. "Jangan berhenti meminta apa yang Anda inginkan.""Aku tidak akan," ia berbisik. "Aku punya Anda malam ini, bukan?" Dan hanya bahwa sederhana, saya diklaim.