Cooking procedures: The essence of

Cooking procedures: The essence of cooking is to
improve on the sensory characteristics (by maillard
reaction and fat oxidation) to make meat more palatable
and edible. Cooking to an adequate temperature destroys
both spoilage and pathogenic microorganisms to make
meat safer for consumption and to increase the shelf life.
Due to these advantages barely do people eat raw or fresh
meat. Cooking can improve the quality of meat by making
it tender. Warriss (2000) showed that cooking meat from
old animals or meats with more connective tissue at low
temperature breaks down the connective tissue and
improves its tenderness. Cooking temperatures also affect
meat appearance. This is supported by Warriss (2000)
who reported that beef cooked to 60°C is quite red inside,
at 70°C it’s pink brown and at 80°C it’s brown due to the
enhancement of degradation and the products of maillard
browning reactions

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Prosedur memasak: Inti dari memasak adalah untuk
memperbaiki karakteristik sensorik (oleh Maillard
reaksi dan oksidasi lemak) untuk membuat daging lebih enak
dan dimakan. Memasak untuk suhu yang memadai menghancurkan
baik pembusukan dan mikroorganisme patogen untuk membuat
daging lebih aman untuk konsumsi dan meningkatkan masa simpan.
Karena keunggulan ini hampir tidak melakukan orang makan mentah atau segar
daging. Memasak bisa meningkatkan kualitas daging dengan membuat
itu lembut. Warriss (2000) menunjukkan bahwa memasak daging dari
hewan tua atau daging dengan jaringan ikat lebih rendah pada
istirahat suhu turun jaringan ikat dan
meningkatkan kelembutan nya. Memasak suhu juga mempengaruhi
penampilan daging. Hal ini didukung oleh Warriss (2000)
yang melaporkan bahwa daging sapi yang dimasak sampai 60 ° C cukup merah di dalam,
pada 70 ° C itu coklat merah muda dan pada 80 ° C itu coklat karena
peningkatan degradasi dan produk Maillard
reaksi pencoklatan