In a bid to improve its competitive

In a bid to improve its competitiveness, youngsters of the Depok municipality in West Java are striving to find the true identity of their city, currently infamous for being a chaotic urban-sprawl area.

Historian and Depok resident JJ Rizal said during a recent discussion on Depok’s identity that the easiest way to find it was through its name, which is a Sundanese word that means “contemplation”.

“The name of ‘Depok’ was identical with ‘a space for contemplating’,” he said.

He added that in a book on the history of Depok by Yano Jonathan, people could read that many shanties along the banks of the Ciliwung River were built for contemplation, so in toponymic terms, Depok was “The City of Contemplation”.

Rizal said the relocation of the University of Indonesia (UI) was also a blessing in disguise that strengthened Depok’s identity as the city of contemplation, the city of thinking.

“Many people criticized the decision of relocating UI to the suburbs, saying that it was an attempt to silence the voice of academics by isolating the campus in Depok, which was a rubber plantation in 1980s,” he said.

He said, however, that UI then became the main part of the growth of the city.

Rizal, who plans to run for mayor next year, said UI also played another key role in Depok’s identity as the city of green space.

“We do not have open green space anymore in Depok. UI became the only park and forest in Depok,”
he said.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing, anak-anak kotamadya Depok di Jawa Barat sedang berjuang untuk menemukan identitas sejati kota mereka, saat ini terkenal karena area perkotaan-gepeng kacau.Sejarawan dan Depok penduduk JJ Rizal mengatakan selama diskusi terbaru di Depok's identitas itu cara termudah untuk menemukannya melalui namanya, yang adalah sebuah kata Sunda yang berarti "kontemplasi"."Nama 'Depok' adalah identik dengan 'ruang untuk merenungkan'," katanya.Dia menambahkan bahwa dalam sebuah buku tentang sejarah Depok oleh Jonathan Yano, orang bisa membaca bahwa banyak gubuk sepanjang tepi Sungai Ciliwung dibangun untuk kontemplasi, jadi dalam istilah toponymic, Depok "Kota kontemplasi".Rizal mengatakan relokasi Universitas Indonesia (UI) juga sebuah berkah tersembunyi yang memperkuat identitas Depok's sebagai kota kontemplasi, kota berpikir."Banyak orang mengkritik keputusan relokasi UI ke pinggiran kota, mengatakan bahwa itu adalah upaya untuk membungkam suara akademisi dengan mengisolasi kampus Depok, iaitu sebuah perkebunan karet di tahun 1980-an," katanya.Dia mengatakan, bagaimanapun, bahwa UI kemudian menjadi bagian utama dari pertumbuhan kota.Rizal, yang berencana untuk mencalonkan diri sebagai walikota tahun depan, kata UI juga memainkan peran kunci lain Depok's identitas sebagai kota ruang hijau."Kami tidak memiliki ruang hijau terbuka lagi di Depok. UI menjadi satu-satunya taman dan hutan di Depok "katanya.