(although such tactics had worked w

(although such tactics had worked well in previous campaigns). The British
people (or enough of them, at any rate) had grown tired of the Tories and
sceptical of their messages, and were prepared to give Labour a chance.
Evidently they were not to be put off by attack ads of the type almost wholly
relied on by the Tories in 1996–97.
For the general election campaign of 2001 the Tories under William Hague
sought to contrast Labour’s record in office with its electoral commitments of
four years earlier. PEBs and posters designed by advertising agency Yellow M
focused on the length of hospital waiting lists and excessive school class sizes,
for example – promises of success in improving the state of health and
education services having been central to Labour’s 1997 victory. The strategy
failed, however, since all Labour’s campaign managers had to do was to
remind voters that the Tories had not long been evicted from government
after eighteen years in power, and that Tony Blair’s administration, for all its
imperfections, had still achieved enough since 1997 to warrant a further term
in office. Labour’s campaign ads, designed by the TWBA agency in London,
pastiched the posters used to promote disaster movies, for example, inviting
voters to imagine the consequences of the return to power, after only four
years, of those same Tories who had been so decisively rejected in 1997
(Figure 6.4). Another poster used digital imaging to portray William Hague
as a clone of Margaret Thatcher, a tactic deemed sufficient to scare voters off
the Tories for another few years. In the 2005 campaign both major parties
adopted relatively low-key campaigning styles. The Tories’ PEBs acknowledged that under New Labour Britain was ‘a great country, but could be
better’, stressing the need for tougher immigration controls and better public
services. Labour stressed its record of achievement after what was by then
eight years in office – economic success, investment in public services – and
urged the voters to stick with the party for the sake of ‘stability that leads to
growth’, and moving ‘forward not back’. This approach of reminding voters
of the Tory past was successful in 2005, delivering Tony Blair’s Labour Party
an unprecedented third election victory (see Figure 6.5).
POLITICAL ADVERTISING IN THE UNITED
KINGDOM: LABOUR
Notwithstanding its electoral successes after 1997, and in some contrast to
the Conservatives’ unashamedly commercial approach to the selling of
politics, the Labour Party was, for most of the period under discussion here,
resistant to the charms of the professional advertisers. In the 30 years up to
the election campaign of 1987, only in one of the earliest campaigns – 1959 –
did Labour successfully use the medium of television as a marketing tool.
Ironically enough, the two figures most associated with this use were
Woodrow Wyatt, who later became a prominent member of the British
COMMUNICATING POLITICS

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

(Meskipun taktik seperti telah bekerja dengan baik dalam kampanye sebelumnya). The British
orang (atau cukup dari mereka, setidaknya) sudah bosan Tories dan
skeptis terhadap pesan mereka, dan siap untuk memberikan Buruh kesempatan.
Jelas mereka tidak menunda oleh iklan serangan jenis hampir seluruhnya
diandalkan oleh Tories tahun 1996-97.
Untuk kampanye pemilihan umum tahun 2001 Tories bawah William Hague
berusaha kontras rekor Buruh di kantor dengan komitmen elektoral mereka
empat tahun sebelumnya. PEBS dan poster yang dirancang oleh biro iklan Yellow M
difokuskan pada panjang daftar tunggu rumah sakit dan ukuran kelas sekolah yang berlebihan,
misalnya - janji keberhasilan dalam meningkatkan status kesehatan dan
pelayanan pendidikan yang telah sentral untuk kemenangan Partai Buruh 1997. Strategi ini
gagal, namun, karena manajer kampanye semua Buruh harus lakukan adalah untuk
mengingatkan pemilih bahwa Tories tidak lama diusir dari pemerintah
setelah delapan belas tahun berkuasa, dan bahwa pemerintah Tony Blair, untuk semua yang
ketidaksempurnaan, telah masih cukup dicapai sejak 1997 untuk menjamin jangka waktu selanjutnya
di kantor. Iklan kampanye Partai Buruh, yang dirancang oleh lembaga TWBA di London,
pastiched poster digunakan untuk mempromosikan film bencana, misalnya, mengundang
para pemilih untuk membayangkan konsekuensi dari kembali berkuasa, setelah hanya empat
tahun, orang-orang Tories yang sama yang telah begitu tegas ditolak pada tahun 1997
(Gambar 6.4). Poster lain menggunakan pencitraan digital untuk menggambarkan William Hague
sebagai tiruan dari Margaret Thatcher, taktik yang dianggap cukup untuk menakut-nakuti pemilih off
Tories untuk beberapa tahun lagi. Dalam kampanye 2005 para pihak utama
mengadopsi gaya kampanye yang relatif rendah. Tories 'PEBS mengakui bahwa di bawah New Buruh Inggris adalah' negara besar, tapi bisa
lebih baik ', menekankan perlunya kontrol imigrasi yang lebih ketat dan masyarakat yang lebih baik
layanan. Buruh menekankan rekor prestasi setelah apa yang saat itu
delapan tahun di kantor - keberhasilan ekonomi, investasi dalam pelayanan publik - dan
mendesak para pemilih untuk tetap dengan partai demi 'stabilitas yang mengarah ke
pertumbuhan ', dan bergerak' maju tidak kembali '. Pendekatan ini mengingatkan pemilih
dari masa lalu Tory berhasil pada tahun 2005, memberikan Partai Buruh Tony Blair
kemenangan pemilu ketiga belum pernah terjadi sebelumnya (lihat Gambar 6.5).
ADVERTISING POLITIK DI AMERIKA
KINGDOM: TENAGA
Meskipun keberhasilan pemilu setelah tahun 1997, dan dalam beberapa kontras dengan
Pendekatan tanpa malu-malu komersial Konservatif 'untuk penjualan
politik, Partai Buruh itu, untuk sebagian besar periode yang sedang dibahas di sini,
tahan terhadap pesona pengiklan profesional. Dalam 30 tahun sampai dengan
kampanye pemilihan tahun 1987, hanya dalam salah satu kampanye paling awal - 1959 -
. apakah Buruh berhasil menggunakan media televisi sebagai alat pemasaran
Ironisnya cukup, dua tokoh yang paling terkait dengan penggunaan ini adalah
Woodrow Wyatt, yang kemudian menjadi anggota terkemuka dari Inggris
Berkomunikasi POLITIK