The second force that was supposed

The second force that was supposed to act upon a voter, issue orientation, was
assessed on the basis of voters’ agreement or disagreement with the positions on
seven issues taken by the government of President Truman. A position in line with
the government stand was regarded as pro-Democratic, whereas disagreement was
regarded as pro-Republican (cf. p. 113, note 2). On each issue voters’ positions were
related to their vote choice: compared to other voters, those taking ‘Democratic
stands’ favoured Stevenson more often, and those taking opposite stands preferred
Eisenhower more often.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

Kedua kekuatan yang seharusnya bertindak berdasarkan pemilih, masalah orientasi,dinilai berdasarkan persetujuan atau ketidaksetujuan dengan posisi pada pemilihtujuh isu-isu yang diambil oleh pemerintahan Presiden Truman. Posisi sejalan denganberdiri pemerintah dianggap sebagai pro-demokrasi, sedangkan perselisihandianggap sebagai Republik Pro (petikan ms. 113, perhatikan 2). Pada setiap masalah pemilih posisi yangberkaitan dengan pilihan suara mereka: dibandingkan dengan suara lain, mereka mengambil ' Demokratberdiri disukai Stevenson lebih sering, dan mereka mengambil berlawanan berdiri lebih disukaiEisenhower lebih sering.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

Kekuatan kedua yang seharusnya bertindak atas orientasi pemilih, masalah, itu
dinilai berdasarkan perjanjian pemilih atau ketidaksetujuan dengan posisi pada
tujuh isu yang diambil oleh pemerintahan Presiden Truman. Posisi sejalan dengan
stand pemerintah dianggap sebagai pro-Demokrat, sedangkan perselisihan itu
dianggap sebagai pro-Republik (lih p. 113, catatan 2). Pada setiap masalah pemilih posisi yang
terkait dengan pilihan suara mereka: dibandingkan dengan pemilih lainnya, mereka yang memakai 'Demokrat
berdiri' disukai Stevenson lebih sering, dan mereka mengambil berdiri berlawanan disukai
Eisenhower lebih sering.