3.5. X-ray pattern and crystallinit

3.5. X-ray pattern and crystallinity
Rice starches exhibited the typical A-type X-ray patterns of cereal starches (Fig. 4). The intensity of five main peaks and the relative crystallinity (RC) are presented inTable 2. The numbers 1, 2, 3,
4 and 5 represent the highest peaks detected in the X-ray diffractograms (Table 2). The crystallinity of the native starches followed
the following order: low-amylose > medium-amylose > high-amylose (Table 2). The higher crystallinity of the low-amylose native
starch could be attributed to its higher amylopectin content.
The relative crystallinity decreased with an increase in the
moisture of the HMT starches, though the diffraction intensity of
the peak at 19(peak 4) of the starches increased and the highamylose starch peaks at 15,17, 17.8and 23(peaks 1, 2, 3 and
5, respectively) decreased (Fig. 4). These results suggest a decrease
in the crystalline areas due to HMT. This may explain the greater
enzymatic susceptibility evidenced by heat-moisture treated
starches.Gunaratne and Hoover (2002)also found a reduction in
the relative crystallinity in their study of potato and true yam
starches treated by HMT.

Hasil (Bahasa Indonesia) 1:

3.5. X-ray pola dan bagian kristalinitasPati beras dipamerkan khas pola-pola tipe A X-ray sereal Pati (gambar 4). Intensitas lima puncak utama dan bagian kristalinitas relatif (RC) disajikan inTable 2. Angka 1, 2, 3,4 dan 5 mewakili puncak tertinggi terdeteksi di X-ray diffractograms (Tabel 2). Bagian kristalinitas dari Pati asli yang diikutiurutan sebagai berikut: rendah-amilosa > Media-amilosa > tinggi-amilosa (Tabel 2). Bagian-kristalinitas lebih tinggi dari pribumi rendah-amilosaPati bisa disebabkan oleh amilopektin kandungan yang lebih tinggi.Bagian kristalinitas relatif menurun dengan peningkatankelembaban HMT starches, meskipun intensitas Difraksipuncak puncak di 19 (puncak 4) dari Pati meningkat dan pati highamylose pada 15, 17, 17,8 dan 23 (puncak 1, 2, 3 dan5, masing-masing) menurun (gambar 4). Hasil ini menunjukkan penurunandi daerah kristal karena HMT. Ini mungkin menjelaskan lebih besarenzimatik kerentanan yang dibuktikan dengan air panas diperlakukanPati.Gunaratne dan Hoover (2002) juga menemukan penguranganbagian kristalinitas relatif dalam studi mereka kentang dan benar yamPati diperlakukan oleh HMT.

Hasil (Bahasa Indonesia) 2:

3.5. Pola dan kristalinitas X-ray
Beras pati dipamerkan A-jenis pola X-ray khas pati sereal (Gbr. 4). Intensitas lima puncak utama dan kristalinitas relatif (RC) disajikan pada Tabel 2. Angka 1, 2, 3,
4 dan 5 merupakan puncak tertinggi terdeteksi di Difraktogram sinar-X (Tabel 2). Kristalinitas pati asli diikuti
dengan urutan sebagai berikut: low-amilosa> menengah-amilosa> tinggi amilosa (Tabel 2). Kristalinitas yang lebih tinggi dari pribumi rendah amilosa
pati dapat dikaitkan dengan konten amilopektin yang lebih tinggi.
relatif kristalinitas menurun dengan peningkatan
kelembaban pati HMT, meskipun intensitas difraksi
puncak pada 19? (puncak 4) pati meningkat dan puncak pati highamylose pada 15?, 17 ?, 17,8? dan 23? (puncak 1, 2, 3 dan
5, masing-masing) menurun (Gbr. 4). Hasil ini menunjukkan penurunan
di daerah kristal karena HMT. Hal ini mungkin menjelaskan besar
kerentanan enzimatik dibuktikan dengan panas kelembaban diperlakukan
starches.Gunaratne dan Hoover (2002) juga menemukan penurunan
kristalinitas relatif dalam studi mereka dari kentang dan ubi benar
pati diobati oleh HMT.